Kawah Ojol, Merangkai Lanskap Vulkanik dan Realitas Hidup Pekerja Lepas

Foto: Dok. ROH

Pameran seni bertajuk Kawah Ojol oleh Hyun Nahm, seniman asal Korea Selatan, resmi dibuka di ROH, Jakarta Pusat. Berlangsung hingga 5 Januari 2025, pameran ini menawarkan eksplorasi menarik tentang hubungan antara kehidupan serbatidak pasti para pekerja lepas dan keindahan alam vulkanik Indonesia yang juga penuh risiko.

Pameran ini merupakan hasil dari residensi seni Hyun bersama ROH yang berlangsung dari Oktober 2023 hingga Februari 2024. Selama periode tersebut, Hyun menjelajahi berbagai lanskap vulkanik seperti Kawah Ijen, Merapi, Kawah Putih, dan Tangkuban Perahu, sembari mendalami dinamika kehidupan pekerja lepas yang menggantungkan hidup pada layanan berbasis aplikasi. Tema besar dari pameran ini adalah kerentanan dan ketidakstabilan, baik di tingkat geologis maupun sosial.

Foto: Dok. ROH

Hyun Nahm, yang lahir di Goyang, Korea Selatan pada 1990, dikenal sebagai seniman yang memadukan eksperimen material modern dengan teknik tradisional. Karya-karyanya sering kali menggunakan bahan seperti epoxy, polystyrene, dan sulfur – material yang mudah berubah bentuk – untuk menggambarkan proses alkimia yang menyatukan dunia organik dan industri. Dalam Kawah Ojol, sulfur menjadi simbol utama, mewakili kerapuhan kehidupan manusia yang sering kali terabaikan.

Sulfur tidak hanya dihadirkan sebagai medium seni, tetapi juga sebagai metafora bagi kehidupan para pekerja serabutan seperti pengemudi ojek daring atau penambang belerang di Kawah Ijen. Sifat belerang yang rapuh, mudah pecah, dan meledak jika dipanaskan, mencerminkan kehidupan mereka yang selalu berada di ambang ketidakpastian, baik secara ekonomi maupun fisik. “Menggunakan sulfur sebagai bahan seni memberikan ironi tersendiri,” kata Hyun. “Ini adalah material yang sulit dikendalikan, sama seperti kehidupan mereka.”

Foto: Dok. ROH

Dalam perjalanan residensinya, Hyun juga terinspirasi oleh objek-objek dan tempat-tempat yang ia temui di sekitar gunung berapi. Salah satu pengalaman paling berkesan adalah melihat arsip bencana di Merapi, di mana benda-benda sehari-hari yang rusak menjadi saksi bisu kekuatan alam. Di sisi lain, Hyun juga mencatat kontras antara keindahan alam yang menawan dengan kehidupan keras para pekerja di sekitar kawah. Kontradiksi ini menjadi inti dari karya-karya yang dipamerkan.

Pameran Kawah Ojol menampilkan patung-patung dan instalasi yang tampak rapuh, seolah berada di titik antara keutuhan dan kehancuran. Karya-karya ini dirancang untuk menciptakan pengalaman imersif, menggabungkan kekuatan gravitasi, gelombang radio, dan suara rekaman yang Hyun kumpulkan selama perjalanannya di Indonesia. Lanskap suara ini membawa pengunjung lebih dekat pada narasi kehidupan yang ingin disampaikan oleh Hyun.

Foto: Dok. ROH

Judul pameran, Kawah Ojol, mencerminkan upaya Hyun untuk menggabungkan dua dunia yang berbeda namun saling terkait: kawah sebagai simbol ketidakstabilan geologis dan ojol – singkatan dari ojek online – yang merepresentasikan kehidupan pekerja serabutan di era teknologi. “Saya ingin menunjukkan bahwa meski mereka terlihat seperti dua hal yang berbeda, keduanya mencerminkan dunia yang rapuh dan penuh ketidakpastian,” ungkap Hyun.

Selain menampilkan sisi estetika, pameran ini juga mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan modern. Kerja serabutan kini menjadi fenomena global, termasuk di Indonesia, di mana para pengemudi ojol sering kali bekerja tanpa perlindungan atau jaminan yang memadai. Hyun menghubungkan ketidakpastian ini dengan lanskap vulkanik, di mana kehidupan sehari-hari berlangsung di bawah ancaman erupsi yang tak terduga.

Foto: Dok. ROH

Pameran ini mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea, serta Korea Arts Management Service. Kolaborasi ini menunjukkan kekuatan seni sebagai medium lintas budaya yang mampu menghubungkan berbagai isu lokal dengan perspektif global.

Bagi para penikmat seni, Kawah Ojol sayang untuk dilewatkan. Tidak hanya memukau secara visual, pameran ini juga mengajak pengunjung untuk merenungkan hubungan kompleks antara manusia, alam, dan teknologi. Terletak di Jalan Surabaya No, 66, Jakarta Pusat, ROH buka setiap Rabu hingga Jumat pukul 13:00 hingga 19:00, serta Sabtu dan Minggu pukul 11:00 hingga 19:00.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here