Setinggi 1.653 meter, Gunung Penanggungan merupakan salah satu gunung favorit pendaki pemula untuk menjajal kemampuan mereka sebelum menaklukkan puncak-puncak lain di Indonesia. Terlebih, jalur pendakiannya mirip Semeru, dengan medan yang beragam dan menantang.
Nilai plus lainnya adalah pendakian di Gunung Penanggungan bisa dilakukan dalam sehari saja. Hal ini menjadi kelebihan tersendiri bagi para pendaki yang memiliki waktu liburan singkat, atau enggan bermalam di gunung. Untuk mencapai puncaknya, rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah empat jam.
Terletak di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan, Gunung Penanggungan memiliki beberapa jalur pendakian. Kebanyakan pendaki memiliki jalur Tamiajeng karena merupakan jalur tersingkat, meski treknya cukup terjal.
Opsi lainnya, kamu bisa memilih jalur Jolotundo. Jalurnya memang lebih panjang dari Tamiajeng, namun kamu bisa menikmati pemandangan indah di sepanjang jalan. Bila berangkat sore hari, kamu bisa sekalian menikmati panorama matahari terbenam.
Selain pemandangannya indah, jalur ini juga melintasi candi-candi tua. Jadi, sambil wisata alam, kamu bisa sekalian wisata sejarah saat mendaki Gunung Penanggungan via Jolotundo.
Memulai Pendakian
Pos pendakian via Jolotundo terletak di Trawas, Mojokerto, sekitar 2 jam berkendara dari Surabaya, atau 1,5 jam kalau dari Malang. Setelah membayar biaya pendakian dan biaya parkir, kamu bisa langsung melakukan pendakian.
Jangan lupa membawa bekal air karena tak ada sumber mata air di sepanjang jalur. Kamu bisa membeli bekal di warung-warung dekat pos pendakian yang menyediakan makanan dan minuman, selain perlengkapan pendakian dengan harga terjangkau.
Di awal pendakian, kamu akan melintasi jalur tanah dengan pepohonan rimbun di sekitarnya. Sekitar 30-45 menit kemudian, kamu akan menjumpai Candi Bayi, candi pertama di jalur via Jolotundo. Walau namanya candi, yang tersisa hanyalah reruntuhan bebatuan.
Menuju pos selanjutnya, jalurnya semakin sempit dengan semak belukar yang lebat. Setelah setengah jam mendaki, tibalah di Candi Putri dengan pepohonan rindang di sekitarnya. Merupakan candi terbesar di antara semua candi di jalur Jolotundo, façade Candi Putri masih terlihat apik daengan tiga undakan.
Di sini, kamu bisa duduk-duduk sejenak untuk melepas lelah maupun mengisi perut. Setelah itu, kamu bisa melanjutkan pendakian menuju Candi Putra yang letaknya tak jauh dari Candi Putri. Dari sini, pemandangannya lebih cantik dengan hamparan kota yang terlihat jelas.
Puas berfoto, kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Candi Gentong. Medannya semakin menanjak dengan semak-semak yang rimbun. Namun, perjalanannya tak jauh, hanya sekitar 15-20 menit.
Menuju Puncak
Candi terakhir yang akan kamu jumpai di jalur Jolotundo adalah Candi Sinta. Area sekitar candi ini cukup luas, sehingga kerap menjadi tempat berkemah. Sambil beristirahat di sana, kamu bisa menikmati pemandangan lereng Gunung Penanggungan maupun Gunung Bekel.
Selepas melewati Candi Sinta, treknya akan semakin menantang dengan jalur bebatuan dan berpasir. Namun, medannya tak seterjal jalur Tamiajeng, sehingga tak begitu menguras tenaga.
Perjuangan melewati trek cadas tersebut akan terbayar setibanya di puncak. Kamu bisa menikmati pemandangan Gunung Arjuno-Welirang, Mahameru, hingga hamparan kota Malang, Pasuruan-Probolinggo, Sidoarjo, Mojokerto sampai Surabaya bila cuaca sedang cerah.
Teks: Melinda Yuliani