Sedang kehabisan ide untuk mengisi akhir pekan? Bila kebetulan tengah berada di Yogyakarta, kamu dapat mengunjungi pameran tunggal terbaru perupa Laila Tifah.
Bertempat di Jogja Gallery, pameran yang berlangsung hingga 17 Februari 2021 ini mengusung tajuk Sri. Karya-karyanya mengangkat hal-hal seputar eksistensinya selaku perempuan, termasuk pergulatan diri dan ketangguhannya menghadapi masalah.
Pameran ini sendiri merupakan pameran tunggal kedua Laila setelah pameran Malam Pertama di Jakarta, 2004 silam. Di pameran kali ini, perupa asal Yogyakarta tersebut menyuguhkan 35 lukisan dan 20 sketsa.
“Bagi saya, bagian menantang dalam berkarya bukan soal teknik atau media yang akan digunakan, melainkan cara menjaga agar pikiran tetap aktif,“ ungkap Laila dalam pernyataan tertulis, Sabtu (6/2).
Ia juga menambahkan kalau karya-karyanya merupakan akumulasi pikiran dan rasa dalam waktu lama yang sesekali muncul dan menganggu dirinya, seolah-olah ingin diubah menjadi sebuah karya. Karena itu, karyanya bersifat personal, namun penafsirannya diserahkan ke para penikmat seni.
“Penafsiran mereka sering memberi kejutan, dan terkadang menjadi bahan pertimbangan untuk karya saya selanjutnya,” ujar lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Yogyakarta tersebut.
AA Nurjaman selaku penulis yang mengantarkan pameran ini menjelaskan kalau Sri untuk kaum perempuan Jawa merujuk pada legenda Dewi Sri, Dewi Padi atau Dewi Pertanian. Sri juga merupakan gelar kehormatan bagi raja.
Namun, dalam pameran ini, Laila meminjam nama Sri dari tokoh dalam novelet karya Umar Kayam, “Sri Sumarah dan Bawuk” (1975). Cerita berlatar tahun 1960-an itu mengisahkan perjuangan dan ketegaran perempuan Jawa.
“Sri menjadi inspirasinya untuk melihat ke dalam dirinya dan memberikan makna untuk itu,” sebut Nurjaman.
Untuk menggambarkan perjuangan, Laila melukiskan momen-momen ketika ia harus melawan penyakit diabetes selama empat tahun belakangan terakhir ini. Hal itu tampak dari karyanya yang berjudul “Karbo”, “Dimana Bakcang”, “Sederhana”, “Ngerowot”, dan “Hormat Waluh”.
Ia juga meminjam sosok ibu dan bibinya yang bekerja keras sebagai bakul pasar sebagai inspirasinya berkarya. Di mata Laila, keduanya adalah sosok Sri dalam kehidupan sehari-hari.
Karya-karya dalam pameran Sri ini tak melulu bersifat personal, karena Laila juga tak canggung menyoroti berbagai peristiwa sosial di Indonesia. Sebut saja “Teka-Teki Tiket” (2010) yang menggambarkan ketidakjelasan nasib tenaga kerja wanita, atau “Melawan Lupa” (2014) yang mengkritik peristiwa penembakan mahasiswa di Jembatan Semanggi pada 1998.
Tertarik melihat pameran ini? Kamu dapat langsung mengunjungi Jogja Gallery yang terletak di Jl. Pekapalan No. 7, dekat Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Registrasi secara luring terbatas untuk 15 orang per sesi. Satu hari ada tiga sesi, yakni pukul 10:00-12:00, 13:00-15:00, dan 16:00-18:00.
Opsi lainnya, kamu dapat melakukan registrasi secara daring dengan mengunjungi bit.ly/PameranSRI. Registrasi secara daring terbatas untuk 20 orang per sesi. Setelah mengisi data yang diperlukan, tiket akan dikirimkan langsung ke surel yang didaftarkan. Tiket tersebut nantinya dapat ditunjukkan ke petugas setiba di Jogja Gallery.
Tiket masuk pameran ini gratis, dan pameran terbuka untuk umum (usia di atas 15 tahun). Selama di lokasi, pastikan untuk mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, termasuk mencuci tangan sebelum masuk, selalu mengenakan masker, dan menjaga jarak.
Teks: Melinda Yuliani