Sisa kejayaan Kesultanan Banten di masa lalu ternyata meninggalkan banyak situs bersejarah yang masih menarik dikunjungi saat ini. Ada yang masih dalam bentuk bangunan yang terawat, ada pula yang sudah berupa sisa reruntuhannya saja. Semua situs ini bisa kamu saksikan langsung di Kota Kuno Banten atau Banten Lama.
Dapat diakses dengan berkendara sekitar 20 menit dari pusat kota Serang, atau 1,5 jam dari Jakarta via Jalan Tol Merak-Jakarta, salah satu cara terbaik menyusuri kawasan Banten Lama adalah dengan bersepeda. Sembari berolahraga, kamu dapat sekalian mampir ke beberapa spot menarik berikut ini.
1. Keraton Kaibon
Keraton Kaibon menjadi lokasi yang pertama dikunjungi karena letaknya berada di sisi paling depan kawasan Banten Lama, tepatnya di Kampung Kroya. Dibangun oleh Sultan Syafiudin untuk ibunya, Ratu Aisyah, kompleks seluas empat hektar ini kemudian dihancurkan oleh Belanda pada 1832, sehingga kini yang tersisa hanyalah puing-puingnya saja, seperti bagian fondasi, reruntuhan dinding, dan pintu gerbang. Selain melihat sisa kejayaan Banten tempo dulu, di sinilah juga biasanya pengunjung berfoto dengan latar keraton yang artistik.
2. Keraton Surosowan
Setelah mengunjungi Keraton Kaibon, lanjutkan perjalanan menyeberangi Sungai Cibanten. Berjarak 500 meter dari Keraton Kaibon, keraton ini awalnya merupakan tempat tinggal raja-raja Kesultanan Banten sekaligus pusat pemerintahan. Saat ini, Keraton Surosowan yang dibangun pada 1552 tersebut juga hanya tersisa reruntuhannya saja.
Bila lelah bersepeda, kamu bisa beristirahat di beberapa bangku yang tersedia di beberapa titik kawasan keraton. Kamu juga bisa membaca tulisan tentang sejarah bangunan tersebut di beberapa tempat yang memang dipasang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten.
3. Masjid Agung Banten
Peninggalan kerajaan Banten satu ini dibangun pada 1652, tepatnya pada masa kekuasaan Sultan Hassanudin. Terletak di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Masjid Agung Banten juga merupakan salah satu dari 10 masjid tertua yang ada di Indonesia.
Keunikan masjid ini terletak pada bentuk menaranya yang mirip mercusuar dan atapnya yang mirip pagoda khas Cina. Selain itu, di bagian kiri dan kanan masjid tersebut terdapat makam para sultan Banten bersama keluarganya.
4. Masjid Pecinan Tinggi
Perjalanan mengayuh sepeda berlanjut menuju arah barat, tepatnya di kampung yang dulunya dihuni oleh warga asal Cina. Di sini terdapat sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Pecinan Tinggi. Masjid yang dahulunya dijadikan sebagai kawasan perdagangan warga Cina ini pun hanya meninggalkan sisa puing bangunan saja.
Namun, bagian masjid yang tersisa, yaitu fondasi bangunan masjid dan menara masjid yang berbentuk persegi empat, masih terlihat kokoh. Menariknya, di sebelah sisi masjid terdapat pemakaman warga Cina. Namun kini rumah-rumah Cina kuno sudah menghilang dan berganti dengan rumah-rumah warga lokal.
5. Vihara Avalokitesvara Banten
Selanjutnya, hanya butuh gowes 100 meter saja dari Masjid Pecinan Tinggi untuk sampai di Vihara Avalokitesvara Banten di Jalan Tubagus Raya, Kecamatan Kasemen. Bangunan ini masih berdiri kokoh, meskipun sudah dibangun sejak abad 16. Pengunjung diperbolehkan masuk ke dalam kompleks wihara meskipun tidak beribadah. Di dalamnya terdapat banyak altar sembahyang para dewa, pagoda, dan lilin besar yang selalu menyala.
6. Benteng Speelwijk
Terletak berhadapan dengan Vihara Avalokitesvara Banten, atau persis di seberang Sungai Kemiri, berdirilah Benteng Speelwijk. Benteng setinggi tiga meter yang tersusun dari bebatuan ini hanya tinggal reruntuhannya saja.
Dibangun pada 1585, Benteng Speelwijk awalnya berfungsi sebagai benteng pertahanan dari serangan laut sekaligus untuk mengawasi aktivitas pelayaran di sekitar Selat Sunda. Tak heran bila benteng ini memiliki mercusuar, beberapa meriam, serta sebuah terowongan yang terhubung dengan Keraton Surosowan. Di kompleks yang sama, pengunjung juga dapat melihat kerkhoff atau makam-makam orang Eropa yang terbuat dari batu.
Teks: Dionesia Ika | Editor: Melinda Yuliani