Great Barrier Reef di lepas pantai timur laut Australia telah kehilangan setengah dari terumbu karangnya sejak 1990-an. Menurut para peneliti dari ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies di James Cook University, penyebab utamanya adalah peningkatan suhu laut akibat perubahan iklim, sehingga pemutihan karang pun terjadi semakin sering.
Pemutihan karang sendiri adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika karang melepaskan alga dari jaringan tubuhnya. Akibatnya, karang yang tadinya penuh warna jadi berubah menjadi putih. Hal ini memang tidak langsung membunuh karang, namun perubahan ini menyebabkan karang mesti bertahan hidup di bawah tekanan yang ekstrem dan menempatkannya pada potensi kematian yang lebih besar.
Bila suhu air terus meningkat, karang tersebut bisa mati. Sebaliknya, bila suhu kembali normal, alga bisa kembali ke karang, dan karang bisa kembali pulih. Namun hal ini membutuhkan waktu lama, yakni sekitar 10 hingga 15 tahun.
Terhambatnya pertumbuhan karang ini memang terjadi di seluruh dunia, namun dampaknya terhadap Great Barrier Reef sangat terasa, terutama bila dibandingkan beberapa tahun yang lalu. “Dulu kami mengira Great Barrier Reef bakal terlindungi karena ukurannya yang besar. Namun hasil penelitian kami menunjukkan bahwa bahkan sistem terumbu karang terbesar di dunia yang sangat dilindungi pun juga dapat terancam,” kata Terry Hughes, salah satu peneliti di James Cook University.
Hughes juga mencatat hilangnya karangnya ini terjadi di perairan dangkal maupun yang lebih dalam, dan di hampir semua spesies, namun terutama di karang yang bercabang dan berbentuk meja. “Hal ini diperparah akibat kenaikan suhu yang menyebabkan pemutihan karang massal pada 2016 dan 2017.”
Hilangnya terumbu karang merupakan ancaman paling serius karena hal ini akan memengaruhi ekosistem laut secara keseluruhan. “Kami memperkirakan hal ini akan terus berlanjut karena pemanasan global yang disebabkan oleh manusia,” kata Hughes. “Satu-satunya cara efektif untuk mencegah hal ini adalah dengan melakukan tindakan nyata untuk mengurangi emisi gar rumah kaca. Bila di kemudian hari suhu global naik tiga atau empat derajat Celsius, terumbu karang ini tidak akan bisa kembali pulih.”
Teks: Melinda Yuliani