Tak salah bila Pekalongan dijuluki Kota Batik, karena tak hanya sebagai penghasil batik dengan motif pesisir yang berbeda dengan kota-kota batik lainnya di Pulau Jawa, tapi di sini juga terdapat Museum Batik Pekalongan.
Menyimpan 1.149 koleksi batik berusia ratusan tahun dan alat tenun tradisional, tempat ini menjadi pusat informasi mengenai batik, selain sebagai pusat riset dan pengembangan ilmu desain batik.
Diresmikan pada 2006 di Jalan Jetayu 1, museum ini terdiri tiga ruang utama, yaitu ruang pamer koleksi batik khas daerah pesisir, seperti batik Cirebon, Pekalongan, Batang, dan Rembang. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses membatik juga dipamerkan di sini.
Ruang pamer kedua diisi koleksi batik yang disumbangkan para pejabat negara, antara lain oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Budiono, dan Ainun Habibie. Sedangkan ruang pamer ketiga memajang koleksi batik dari berbagai daerah penghasil batik di Nusantara, seperti, Banten, Kalimantan, Garut, Indramayu, Madura, dan Papua.
Selain mengunjungi museum, pelancong juga dapat mampir ke Kampung Batik Pesindon dan Kauman yang letaknya berdekatan. Bila berangkat dari Jakarta melalui jalur pantura via pusa kota Pekalongan (Jalan Hayam Wuruk), lokasi Kampung Batik Pesindon ada di sebelah kiri jalan atau tepat di seberang Pasar Anyar. Dari Kampung Batik Pesindon, Anda dapat berjalan kaki sejauh 400 meter ke Kampung Batik Kauman.
Di kedua kampung ini, Anda dapat mengunjungi sejumlah workshop untuk melihat langsung proses pembuatan batik, selain membeli berbagai produk batik, mulai dari kain, tas, sandal, dan dompet dengan motif batik khas Pekalongan. Pengunjung juga dapat belajar membatik langsung dari para pengrajin batik setempat.
Ciri Khas Batik Pekalongan
Pekalongan memiliki batik yang didominasi warna-warna cerah, seperti merah, biru, hijau, ungu, dan oranye. Bila diproduksi oleh keturunan Tiongkok, gambarnya akan tampak nyata dan penuh dengan ornamen garis dan titik, serta memiliki corak khas, seperti gambar naga atau burung phoenix. Selain fauna, corak kainnya juga bisa berupa tumbuhan.
Batik Pekalongan yang klasik memiliki motif semen seperti banyak daerah lain di Jawa. Namun, hampir tidak ada corak cecek (titik) pada batik ini, melainkan menggunakan banyak corak sawut (garis).
Motif asli batik Pekalongan sendiri adalah jlamprang, di mana motif ini menggunakan delapan unsur warna yang berani. Dipengaruhi budaya Arab, motif batik jlamprang ini hanya menggunakan corak cecek dan sawut yang digambar secara geometris.
Sejarah Teknik Membatik
Batik atau seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno yang telah ada sejak abad keempat sebelum Masehi. Hal ini diketahui dari penemuan kain pembungkus mumi di Mesir yang dilapisi malam untuk membentuk pola.
Di Asia, teknik serupa juga telah diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti Tang (618-907) dan di Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh suku Yoruba di Nigeria, serta suku Soninke dan Wolof di Senegal.
batik bukan eksklusif milik Indonesia, walau memang Indonesia memiliki motif batik yang paling beragam dengan pengerjaan yang paling rumit
Sementara di Indonesia, batik dipercaya sudah ada sejak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer pada akhir abad kedelapan. Batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I, setelah dimulainya era industrialisasi.
Karena teknik batik dilakukan di banyak tempat di dunia, batik bukan eksklusif milik Indonesia, walau memang Indonesia memiliki motif batik yang paling beragam dengan pengerjaan yang paling rumit sehingga hasilnya pun paling indah dibandingkan batik-batik dari negara lain.
Teks: Melinda Yuliani