Di beberapa tempat di dunia, naik balon udara adalah salah satu atraksi yang ditawarkan untuk mendapatkan perspektif yang berbeda akan tempat tersebut. Konon, orang Tiongkok lah yang pertama tercatat menggunakan balon udara – ketika itu dalam bentuk lampion – dengan memanfaatkan udara panas pada abad tiga. Lampion yang terbuat dari kertas dan rangka bambu dengan didorong oleh udara panas yang dihasilkan lilin ini dimanfaatkan oleh pasukan militer untuk mengirimkan pesan.
Balon Bermuatan Penumpang
Kakak-beradik asal Prancis, Jacques dan Joseph Montgolfier, adalah pemilik pabrik kertas di Alchemy, selatan Prancis. Suatu hari di musim panas 1783, mereka memperhatikan bahwa setiap kali kertas terbakar, abunya akan melayang di udara. Dari situlah mereka kemudian terpikir bahwa api memiliki kekuatan untuk mengangkat suatu objek, sehingga mereka kemudian membuat balon raksasa untuk diterbangkan dengan api. Upaya mereka ini sempat diliput surat kabar yang bermarkas di Paris karena balon raksasa tersebut menarik perhatian warga di sekitar Annonay, tempat balon tersebut diterbangkan. Balon berhasil mengudara setinggi sekitar 10 meter, sebelum delapan menit kemudian mendarat lagi di tanah.
Barulah beberapa bulan kemudian, kakak beradik Montgolfier berhasil menerbangkan balon yang terbuat dari kertas dan kain, di mana untuk mengembungkannya, mereka membakar serat kayu, wol, dan kotoran kuda untuk menciptakan udara panas agar balon dapat mengudara. Wol dan kotoran kuda sengaja ditambahkan agar nyala api tidak berlebihan dan balon tidak terbakar. Karena belum yakin penemuannya itu dapat mengudara, melayang, dan mendarat dengan aman, maka di keranjang yang ditarik balon udara itu mereka tempatkan domba, bebek, dan ayam. Dari percobaan tersebut, ternyata balon dapat terbang dan mendarat dengan selamat 15 menit kemudian. Mereka pun kemudian mengabarkan penemuan ini kepada Raja Prancis, Louis XVi dan sang raja setuju untuk kali ini keranjang balon yang mengudara untuk memuat manusia.
Pada November 1783, balon udara ciptaan kakak beradik Montgolfier siap diterbangkan di paris dengan disaksikan sang raja. Benjamin Franklin pun juga dikabarkan ikut menghadiri peluncuran balon udara ini. Dua sahabat kakak beradik Montgolfier, yaitu Pilatre de Rozier dan Francois Laurent, ditugaskan naik ke keranjang balon. Pilatre de Rozier yang juga seorang ilmuwan pernah berjasa membantu Montgolfier memperbaiki balon temuan mereka sampai akhirnya dapat dengan aman melayang di ketinggian 150 meter – lebih tinggi dari atap-atap bangunan di Paris – selama 25 menit sebelum mendarat di kebun anggur. Dari peristiwa bersejarah ini kemudian dunia mengenal kata “pilot” yang diambil dari nama Pilatre, yang dalam penerbangan bertugas mengendalikan laju balon.
Kini, rata-rata per balon dapat mengangkut setidaknya 16 orang dan satu pilot dengan masing-masing penumpang berat badannya tidak lebih dari 120 kilogram. Sebelum terbang, peserta akan diminta untuk menandatangi pernyataan bahwa aktivitas ini berisiko dan melepaskan operator dari tuntutan, selain juga akan diberikan pengarahan keselamatan untuk mengudara, selama di udara, dan pendaratan. Aktivitas ini memang mahal karena banyaknya prosedur dan alat keselamatan yang harus dipenuhi operator, selain keharusan mempekerjakan pilot-pilot bersertifikat yang berpengalaman.
Tradisi Setelah Balon Mendarat
Karena belum pernah melihat balon raksasa yang datang dari langit tergeletak di ladang di selatan Prancis, para pekerja di perkebunan anggur tadinya bersiap menghancurkan balon tersebut agar tidak membawa sial. Agar tidak dirusak dan untuk menenangkan massa, Pilatre dan Francois kemudian menawari mereka sebotol anggur Prancis terbaik, sekaligus ungkapan terima kasih telah diperbolehkan mendarat di ladang yang sedang mereka garap. Itulah sebabnya, hampir di semua tempat di dunia yang menawarkan pengalaman naik balon udara, untuk mengenang kesuksesan pendaratan balon pertama kali tersebut, sesudah mendarat dengan selamat, sang pilot akan membuka sebotol sampanye atau sparkling wine.