Usaha pemerintah untuk melindungi hak-hak dasar anak, seperti pendidikan, sering kali terbentur masalah ekonomi dan kesejahteraan. Meski tren rasio kemiskinan mengalami penurunan, masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa bersekolah dan memutuskan untuk bekerja di usia belia.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada 2017 masih terdapat 7,23 persen dari total anak Indonesia di rentang usia 10 hingga 17 tahun yang bekerja, baik di pabrik maupun sebagai pengamen atau pemulung. Dari angka ini, terdapat 52,09 persen anak yang masih bersekolah, 46,89 persen anak telah putus sekolah, dan sisanya tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Hal ini jelas merupakan tanggung jawab bersama, dan pihak-pihak terkait diharapkan mampu berkontribusi sesuai dengan kompetensinya masing-masing guna mengembalikan keceriaan masa kecil mereka.
Panorama Group, misalnya, melalui Panorama Foundation menginisiasi sebuah gerakan sosial yang berbasis public fundraising untuk mengajak anak-anak yang kurang mampu mempelajari sejarah, toleransi, dan keberagaman Indonesia sembari merasakan pengalaman liburan pertama dalam hidupnya.
Gerakan sosial bertajuk Travel for Change ini pada proyek percontohannya menggandeng Panorama JTB Tours Indonesia sebagai donatur utama dan Inspiration Factory Foundation untuk mengajak anak-anak kurang mampu yang berada di bawah naungannya untuk mengunjungi Museum Nasional dan mengelilingi beberapa destinasi wisata populer di Jakarta.
“Kami percaya bahwa traveling adalah bagian dari hak asasi manusia, karenanya kami mendukung penuh gerakan Travel for Change ini agar lebih banyak lagi anak Indonesia yang bisa mendapatkan haknya dan bisa merasakan impact positive dari traveling,” ujar Hellen Xu selaku Direktur Panorama JTB Tours Indonesia.
Sementara AB Sadewa sebagai ketua pelaksana Travel for Change sekaligus ketua Panorama Foundation berharap perjalanan anak-anak Inspiration Factory ini bisa membawa kesan dan pelajaran penting yang mungkin bisa memotivasi mereka untuk terus berkembang dan memiliki semangat tinggi untuk meraih cita-cita.
Pada proyek pertamanya yang dilakasanakan pada 21 April 2019, para donatur, fasilitator, perwakilan Inspiration Factory, dan anggota Panorama Foundation berkumpul di Jembatan Tiga, Pluit untuk mengikuti upacara pembukaan yang dipimpin oleh anak-anak, sebelum memulai perjalanan menuju museum menggunakan bus White Horse yang juga merupakan salah satu donatur dalam kegiatan ini.
“Kami berusaha menyiapkan segala kebutuhan untuk kegiatan ini sebaik mungkin agar pengalaman traveling pertama anak-anak ini dapat menjadi pengalaman yang berkesan. Ini juga merupakan bentuk komitmen kami untuk terjun ke masyarakat dan menjadi bagian di dalamnya,” ungkap Andrianto Tirtawisata, Direktur Explorer Indonesia yang mewakili PT Weha Transportasi Indonesia Tbk.
Di hari keberangkatan, anak-anak terlihat sangat bersemangat dan telah bersiap sedari pagi di lapangan – tempat mereka biasa belajar bersama relawan Inspiration Factory – menyambut para donatur yang ikut dalam perjalanan.
“Kami sangat senang bisa berkolaborasi dengan Travel for Change dan memberikan kesempatan bagi anak-anak kami untuk belajar lebih banyak tentang sejarah Indonesia, selain dapat mengeksplorasi keluar lingkungan sekitarnya, mempelajari hal dan profesi baru, serta membuka wawasan selama perjalanan ke Museum Nasional. Kami berharap ke depannya kerja sama serupa dapat terwujud lagi,” kata Jenny Tjoa, Co-Founder Inspiration Factory Foundation.
Travel for Change juga berupaya untuk menjadikan kegiatan ini sebagai agenda rutin dan bisa mengajak lebih banyak pihak untuk berpartisipasi agar lebih banyak lagi mimpi anak-anak Indonesia untuk berwisata yang dapat terwujud.
“Kami percaya, niat baik kami akan disambut baik oleh masyarakat. Semenjak kami menginformasikan kegiatan Travel for Change ini, banyak pihak yang menghubungi kami dan meminta untuk ikut berpartisipasi. Kami sangat mengapresiasi segala jenis keterlibatan, baik dari individu maupun korporasi. Ke depan, besar harapan kami untuk mengajak kelompok anak lainnya, seperti anak dengan disabilitas,” tutup AB Sadewa.