Pameran Virtual Terbaru Galeri Nasional, Perkenalkan Komunitas Perupa dari Sulawesi Utara

"Beking Kopra" (Foto: Dok. Galeri Nasional)

Setelah sukses menggelar pameran Alam, Ruang, dan Manusia yang menampilkan 98 lukisan karya Affandi dalam bentuk proyeksi gambar bergerak dengan iringan musik dan suara, Galeri Nasional (Galnas) kembali menggelar pameran berikutnya, yaitu Pameran Daring Komunitas Seni TORANG Sulawesi Utara “Arus Timur”.

Kali ini Galnas mengajak pecinta seni di mana saja untuk menikmati pameran daring yang dikuratori Citra Smara Dewi, Heru Hikayat, dan Yusuf Susilo Hartono, yang sudah dimulai sejak 4 Desember. Ini bukan kali pertama Galnas mengadakan pameran daring, karena semasa pandemi, galeri yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta Pusat, sudah memamerkan koleksi seni secara virtual.

Untuk Pameran Daring Komunitas Seni TORANG Sulawesi Utara “Arus Timur”, para kurator menyajikan 25 karya berupa lukisan pada kanvas dan kertas, patung, sketsa, mural pada tembok, gerabah, kaligrafi Islam, relief, dan batik tulis. Karya-karya seni ini merupakan kreasi 23 perupa yang tergabung dalam Komunitas Seni TORANG Sulawesi Utara dan dua seniman undangan tim kurator.

“Jang Ngana Coba Pakita” (Foto: Dok. Galeri Nasional)

Galnas ingin memperkenalkan para perupa dari daerah ke kancah seni rupa nasional, sekaligus memberi pandangan baru mengenai seni rupa dari Sulawesi Utara. Masih banyak yang belum mengenal seni rupa dan tokoh di baliknya yang berasal dari provinsi yang berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudra Pasifik ini.

Satu nama yang terkenal adalah Henk Ngantung yang kelahiran Tomohon. Ia adalah pelukis dan Gubernur DKI Jakarta (1964-1965). Sebagai perupa, ia berjasa dalam pembuatan Patung Selamat Datang, yang dibuat untuk menyambut penyelenggaraan Asian Games 1962 di Jakarta. Selebihnya, tak banyak yang familier dengan perupa-perupa dari utara Sulawesi.

Khas dengan Kultur Sulut

Pameran yang dapat diakses melalui laman galnasonline.id ini dapat dinikmati tanpa dipungut biaya. Pengunjung virtual dapat melihat masing-masing karya yang menyertakan potretnya, disertai informasi dan video mengenai kisah di balik pembuatan karya seni tersebut.

“Oh Love” (Foto: Dok. Galeri Nasional)

Pameran Daring Komunitas Seni TORANG Sulawesi Utara “Arus Timur” menampilkan karya-karya dari Jeffry R. Wattimena, Jhon Gaghana, John Semuel, Lodrik Lumondone, Natashya Lumi, Noval Sanudin, Sani Renti Labani, Savrison Manembu, Sizzy Matindas, Stevie Lucky Simon Lengkong, Tini Puah, Yosef Sikome, Aji Hidayat Febrianto, Alffian Walukow, Alfred Pontolondo, Alvin J. Tinangon, Arie Tulus, Budiyatmi, Crawford Worek, Deni Katili, Fadjar Sahante, Friets Konduwes, Ilham Nasikin, Ivaldo R. Saselah, dan Jaya Maslomana.

Dari karya-karya yang ditampilkan, para kurator menemukan eksplorasi material, media, dan teknik yang tidak sebatas menggunakan cat minyak dan akrilik pada kanvas. Para perupa menonjolkan potensi daerahnya dan nilai spiritual yang dianut masyarakat Sulawesi Utara dalam berkarya.

Beberapa karya seni yang menarik perhatian dalam Pameran Daring Komunitas Seni TORANG Sulawesi Utara “Arus Timur” adalah sebagai berikut.

  • Jang Ngana Coba Pakita

Menggunakan material akrilik pada kanvas, karya yang dibuat Fadjar Sahante menggambarkan Waraney, prajurit gagah berani yang memiliki misi untuk melindungi budaya dan sukunya dari ancaman binatang buas maupun manusia.

  • Beking Kopra

Lukisan karya Aji Hidayat Febrianto terinspirasi dari Sulawesi Utara yang dijuluki Nyiur Melambai, karena banyaknya pohon kelapa yang melambai-lambai. Bagi siapa saja yang berkunjung ke negeri ini, akan disambut dengan lambaian nyiur yang direpresentasikan seperti lambaian tangan-tangan ramah penduduk lokal. Kopra juga punya nilai penting bagi warga setempat, karena menjadi sumber mata pencaharian dan masih diolah secara tradisional.

“Wanita Semesta” (Foto: Dok. Galeri Nasional/Puan Dipertuan)
  • Oh Love

Ivaldo R. Saselah melalui mural yang ia digoreskan pada dinding berukuran 3×3 meter, memilih tema cinta dan perasaan yang diwakili dalam berbagai warna. Merah merepresentasikan amarah, merah muda mewakili cinta dan kasih, kuning menggambarkan perasaan waspada, dan lain sebagainya.

  • Patung Toulimembet

Patung setinggi 5,5 meter buatan Yosef Sikome yang diletakkan di Desa Toulimembet, Kecamatan Kakas, terinspirasi dari seorang kepala distrik era 1870-an yang memiliki kharisma dan dapat menyatukan empat orang sakti untuk hidup rukun dan menjadi cikal bakal terbentuknya Desa Toulimembet. Ia adalah Julius Kindangen yang mesti menyeberangi danau menggunakan rakit untuk mencari keempat orang sakti tersebut.

  • Puan Dipertuan, Wanita Semesta

Karya ini menampilkan sosok Bunda maria tersenyum di atas bumi, dengan kedua tangan memancarkan cahaya, berlatar matahari, bulan, dan planet-planet lainnya. John Gaghana menangkap sosok Bunda Maria yang menunjukkan kesabaran dan menaklukkan dunia dengan ketabahan hatinya.

“Tude” (Foto: Dok. Galeri Nasional)
  • Tude

Lukisan karya Lodrik Lomondone yang dibuat pada 2018 ini menceritakan ketangguhan nelayan memancing ikan tude, jenis ikan yang digemari di Sangihe. Menggunakan akrilik pada kanvas, terlihat nelayan sedang menarik ikan tude dari atas perahunya yang terombang-ambing mengikuti ombak.

Teks: Priscilla Picauly | Editor: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here