5 Post Town yang Berjaya di Periode Edo

Selama Periode Edo (1603-1868), post town (kota pos) atau disebut juga shubuka, banyak dibangun dan berfungsi sebagai kota peristirahatan bagi pelancong yang menempuh perjalanan dari Edo (sekarang Tokyo) ke kota-kota penting lainnya. Kota-kota pos dibangun di sepanjang jalan raya tua Jepang, yang ditujukan bagi pejabat, daimyo (samurai yang juga merupakan tuan tanah dan memiliki banyak bushi/bangsawan militer sebagai pengikutnya), dan samurai yang kerap berpindah-pindah untuk urusan bisnis, termasuk para peziarah, pedagang, maupun pejalan.

Biasanya post town menyediakan layanan akomodasi, makan dan minum, juga transportasi, di mana jasa yang diberikan sesuai dengan status sosial si tamu. Contohnya, seorang daimyo dapat bermalam di penginapan utama, sedangkan golongan yang lebih rendah akan menginap di akomodasi kelas dua dan selanjutnya. Karena hanya terdapat satu tipe akomodasi di tiap kota, penting sekali untuk memerhatikan jadwal perjalanan saat itu.

Gokaido, Lima Rute Edo

Ada Lima Rute Edo (Gokaido) yang menghubungkan lima daerah dengan Edo yang menjadi ibu kota kerajaan, yaitu Rute Tokaido yang menghubungkan Edo dengan Kyoto melewati kawasan pesisir, Rute Nakasendo yang menghubungkan Edo dengan Kyoto melewati daerah pedalaman, Rute Koshu Kaido yang menghubungkan Edo dengan provinsi Kai (sekarang prefektur Yamanashi), Rute Oshu Kaido yang menghubungkan Edo dengan provinsi Mitsu (sekarang prefektur Fukushima), dan Rute Nikko Kaido yang menghubungkan Edo dengan Nikko Toshogu Shrine.

Nakasendo adalah satu dari Lima Rute Edo yang menghubungkan Edo dengan Kyoto, yang melewati prefektur Saitama, Gunma, Nagano, Gifu, dan Shiga. Disebut juga Rute Kiso karena melewati wilayah Kiso di Nagano, panjang Rute Nakasendo mencapai 540 kilometer, dengan 69 kota pos, terbanyak di antara empat rute lainnya.

Beberapa kota pos di Nakasendo dapat dikunjungi di masa sekarang, dengan tetap mempertahan suasana dari Periode Edo. Berikut lima kota pos di rute Nakasendo yang berjaya di masanya dan masih terpelihara hingga sekarang.

  • Narai, Nagano

Narai terletak di kota Shiojiri, prefektur Nagano, yang membentang sekitar satu kilometer dan mendapat julukan 1.000 Houses of Narai. Kota pos ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Kanmachi (uptown), Nakamachi (midtown), dan Shimomachi (downtown).

 

Pada 1978, Narai ditetapkan sebagai distrik pelestarian sejarah dan arsitektur yang penting oleh pemerintah pusat. Saat berada di Narai, kunjungilah Museum Kamitoiya yang dipenuhi sekitar 400 barang yang digunakan saat Periode Edo. Pastikan juga untuk melintasi Kisho Ohashi, jembatan kayu berbentuk drum Jepang, yang membentang sepanjang 30 meter di atas Sungai Narai.

  • Tsumago, Nagano

Tsumago terletak di kota Nagiso, di bagian selatan Nagano dan merupakan kota pos pertama di Jepang yang aktif melestarikan pemandangan jalan tua Jepang. Tsumago bersama dengan Magome adalah dua kota pos Periode Edo yang telah dipugar dan menutup jalan utama mereka dari kendaraan yang ingin melintas.

Atraksi penting yang wajib dikunjungi di Tsumago adalah Museum Nagisomachi yang terdiri tiga bagian, yaitu Wakihonjin-okuya, Tsumago-juku Honjin, dan Museum Arsip Sejarah. Selain itu, ada pula Wakihonjin-okuya, bangunan peninggalan tahun 1877 dan terdaftar sebagai kekayaan budaya penting nasional. Jika diamati, interior Wakihonjin-okuya begitu indah, apalagi jika sinar matahari menembus melalui jendela kayu. Pemandangan ini makin cantik jika berkunjung saat September hingga Maret yang memamerkan langit cerah.

  • Magome, Gifu

Dengan lokasi yang kurang strategis di atas bukit, Magome tidak memiliki pasokan air yang banyak, sehingga rentan terhadap kebakaran, terbukti dengan terjadinya kebakaran hebat pada 1895 dan 1915. Magome merupakan tempat kelahiran penulis terkenal Jepang, Shimazaki Toson yang menghabiskan masa kecilnya di sini. Sebagai bentuk penghormatan, dibangunlah Museum Peringatan Toson yang memiliki koleksi lebih dari 6.000 dokumen.

Dekat pintu masuk Magome terdapat kincir air dan jalanan berbatu yang menjadi simbol kota. Kincir air ini menghasilkan tenaga listrik yang menerangi gudang di dekatnya. Sebuah menara pengawas ditempatkan di pintu masuk Magome, beserta papan pengumuman Shogun Tokugawa yang berisi hukum bagi pengunjung yang datang, salah satunya larangan terhadap agama Kristen dan praktik keagamaannya.

  • Samegai, Shiga

Samegai adalah kota pos ke-61 di Nakasendo, yang terletak di kota Maibara, yang dikenal karena berada di tepi Sungai Jizo yang jernih dan bersih. Jika bertandang ke Samegai, dapat menikmati pemandangan bunga baikamo yang merekah antara pertengahan Juli hingga akhir Agustus. Saat malam tiba, pemandangan sungai akan dipercantik dengan kerlap-kerlip lampu.

Ada legenda di balik Isame no Kiyomizu, sumber Sungai Jizo. Konon, pangeran legendaris menyembuhkan lukanya dengan air dari Isame no Kiyomizu. Air jernih di kota pos ini juga menjadi bahan pendukung utama membuat kecap produksi lokal, yang sering dijadikan suvenir dan dapat dibeli di Yamaki Shoyu.

  • Kusatsu, Shiga

Berada di persimpangan dua jalan raya terpenting, Tokaido dan Nakasendo, Kusatsu merupakan kota pos tersibuk pada masanya. Saking sibuknya Kusatsu, kota ini sanggup mengoperasikan 72 penginapan, dua kali lebih banyak dibanding kota-kota pos lainnya di provinsi Omi (sekarang prefektur Shiga).

Tiap 29 April, digelar Festival Kusatsu Shukuba, yaitu festival tahunan yang merayakan sejarah Kusatsu sebagai kota pos di antara jalan Tokaido dan Nakasendo. Berbagai kegiatan digelar sepanjang festival berlangsung, seperti pertunjukan seni, tarian Jepang, pasar loak, dan warga lokal yang mengenakan kostum samurai dan kimono selama prosesi Kusatsu Jidai Gyoretsu berlangsung.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here