Menyisakan Jejak Budaya Megalitik, Desa-desa Adat di Sumba Ini Patut Dikunjungi

Selain deretan pantai dan air terjunnya yang tersembunyi, alasan lain pelancong rela datang jauh-jauh ke Sumba adalah untuk mengunjungi desa-desanya yang masih menyisakan jejak budaya megalitik. Bertandang kemari, pastikan menjelajah desa-desa berikut ini.

  • Kampung Wainyapu

Merupakan salah satu desa tertua di Sumba, selain 60 uma kalada (rumah beratap rumbia yang menjulang) yang terpelihara baik, di desa ini juga terdapat 1.058 kuburan batu peninggalan zaman megalitik. Terletak di Kecamatan Kodi, desa ini dapat ditempuh dengan satu jam berkendara dari Tambolaka melewati Pantai Wainyapu yang berpasir putih dan memiliki ombak besar untuk berselancar. Setiap Februari hingga Maret, di sini digelar pasola, di mana tanggal pastinya ditetapkan pada Januari oleh rato (ketua adat).

  • Kampung Mbuku Bani

Setiap tahun, ketua adat melakukan ritual Marapu untuk menetapkan pelaksanaan pasola, kemudian berita pelaksanaan pasola akan dikabarkan ke Kampung Tossi. Semua kegiatan adat sebelum pasola, seperti nyale (berburu cacing laut), nyanyian berpantun, dan permainan rakyat akan digelar di Kampung Mbuku Bani. Berada di tepi Pantai Bondo Kawango atau 43 kilometer dari Tambolaka, desa ini memiliki 31 uma kalalda dan 83 kubur batu tua dengan peninggalan kuno, seperti pistol dari emas, kain kuno, peti besi, bebek emas, guci, hingga gendang dari kulit manusia.

  • Kampung Ratenggaro

Kampung Ratenggaro awalnya berada di Pantai Ratenggaro yang menghadap Samudra Hindia. Namun karena keganasan ombak yang mengakibatkan abrasi, Kampung Ratenggaro terpaksa menjauh sekitar 200 meter dari lokasi lamanya. Masyarakat Ratenggaro masih mempraktikkan tradisi Marapu, yaitu ritual pemujaan kepada arwah leluhur yang dilakukan dengan mengunjungi kuburan nenek moyang di tepi pantai setiap sore.

  • Kampung Tossi

Di tengah kampung ini terdapat mata air Wai Marunga. Selain sebagai sumber air untuk kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat setempat percaya air tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Air ini juga digunakan untuk memerciki kuda ketika pelaksanaan pasola agar memperoleh kekuatan dari para dewa. Kampung Tossi memiliki 52 uma kalada dan 80 kubur batu tua, serta tersimpan benda-benda peninggalan nenek moyang, selain peralatan tenun tradisional yang masih digunakan.

  • Kampung Praijing

Kampung adat di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat ini merupakan salah satu destinasi yang tengah dikembangkan pemerintah setempat untuk meningkatan jumlah kunjungan ke daerah tersebut. Menawarkan deretan rumah adat tradisional dengan batu-batu megalitik di dalamnya, pengunjung juga dapat melihat hamparan luas pepohonan dan persawahan hijau yang menjadi latarnya saat berada di sini.

  • Kampung Paronambaroro

Kampung ini berdiri pada abad 17, dan merupakan tempat berlangsungnya pasola melawan warga Kampung Waindimu yang memiliki hubungan kekerabatan erat. Di tengah kampung terdapat uma kalada yang masih asli, serta kuburan batu. Jarak desa ini sekitar 42 kilometer dari Tambolaka dan terhubung dengan akses jalan yang telah beraspal.

Akses: Dari Jakarta, Tambolaka dan Waingapu dapat diakses dengan penerbangan dari Denpasar naik Wings Air. Untuk berkeliling pulau, tersedia penyewaan mobil mulai dari Rp800.000 per hari, sudah termasuk bensin dan sopir.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here