Mengenal Sejarah Banda Neira, Destinasi Wisata Eksotis di Maluku

Banda Neira adalah nama salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku. Warga asli kepulauan ini sebagian besar telah lenyap akibat genosida yang dilakukan VOC atas perintah Jan Pieterzoon Coen pada 1621 demi merebut monopoli perdagangan pala. Warga yang kini mendiami kepulauan kaya rempah ini adalah keturunan pekerja perkebunan yang dibawa VOC dari Jawa, yang kemudian beranak pinak karena menikah dengan warga Maluku.

Orang Banda yang selamat dari genosida tersebut melarikan diri ke Batavia dan dipekerjakan sebagai budak. Di Jakarta Utara kini masih menyisakan tempat bernama Kampung Bandan yang merupakan bekas pemukiman warga pelarian dari Banda.

Genosida itu sendiri berawal ketika Belanda yang tanpa seizin penduduk Banda membangun Benteng Nassau pada 1609. Masyarakat Banda yang berang akan pembangunan benteng tersebut kemudian melakukan penyerangan terhadap 40 orang Belanda, termasuk Gubernur Jenderal VOC Verhoeff.

Gunung Api Banda

Jan Pieterszoon Coen yang juga berada di Banda ketika itu lolos dari pembunuhan dan melarikan diri ke Batavia. Ketika ia kemudian menjadi Guberner Jenderal VOC, ia kembali ke Banda dan melakukan balas dendam dengan mengeksekusi 44 tokoh terpandang Banda dan melakukan genosida yang melenyapkan sebagian besar masyarakat Banda.

Benteng Nassau kebanggaan VOC seluas 3.000 meter persegi itu kini hanya tersisa temboknya saja. Itu pun sebagian telah runtuh dan kini sedang dalam proses pemugaran. Tak jauh dari Benteng Nassau terdapat Istana Mini yang dulu merupakan rumah Jan Pieterzoon Coen. Rumah megah bergaya kolonial itu kemudian dicontek modelnya untuk pembangunan Istana Merdeka di Jakarta.

Di masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, Banda Neira juga pernah menjadi tempat pembuangan tahanan politik. Sebut saja Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta. Meski tinggal dalam pengasingan lantaran akses ke pulau tersebut yang sulit dijangkau, keduanya hidup bebas layaknya orang normal. Mereka dapat menerima tamu dan melakukan interaksi dengan penduduk sekitarnya. Bahkan, mereka diperbolehkan berlangganan majalah dan koran dari Belanda dan Batavia. Pada 2016, kediaman Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta telah beralih fungsi menjadi museum.

Situs UNESCO

Benteng Belgica

Berkunjung ke sini, jangan lewatkan juga mengeksplorasi Benteng Belgica. Dibangun pada 1611 oleh Pieter Both, Gubernur Jenderal VOC pertama, peninggalan sejarah yang telah masuk ke dalam daftar warisan UNESCO ini cukup terawat di Banda Neira. Berbentuk persegi lima dan terletak di atas bukit, Benteng Belgica terdiri dua lapis bangunan dan untuk memasukinya, pengunjung harus menaiki anak-anak tangga.

Benteng ini awalnya dibangun Portugis untuk pertahanan, namun ketika Belanda datang dan memutuskan untuk menetap demi mendapatkan monopoli perdagangan pala, Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang VOC, sebelum kemudian menjadi markas militer Belanda hingga tahun 1860, berhubung VOC adalah asosiasi dagang yang didukung kekuatan militer. Di setiap sisi benteng terdapat menara yang memiliki tangga menuju atap yang menyajikan pemandangan Pulau Neira, Banda Besar, Gunung Api Banda, dan birunya Laut Banda.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here