Berkunjung ke Bukittinggi, Agendakan ke 4 Tempat Ini!

Berada di dataran tinggi, pusat kebudayaan Sumatera Barat yang pernah menjadi ibu kota Indonesia di masa pemerintahan darurat ini punya nilai penting bagi sejarah Indonesia. Di sinilah kampung halaman Bung Hatta, sang proklamator. Di masa kolonial kota ini punya sebutan lain, yaitu Fort de Kock. Sebuah nama yang diambil dari benteng Belanda yang dibangun di kota ini. Selain menyimpan nilai sejarah, Bukittinggi pun tempat yang indah dan memiliki kuliner yang telah menjadi ikon kuliner Indonesia.

Mudah diakses dari Padang, yakni hanya sekitar dua jam berkendara, bahkan taksi-taksi Bandara Minangkabau pun sering mengantar tamu yang baru mendarat langsung ke Bukittinggi. Perjalanan menuju kota ini pun melewati banyak tempat menarik, seperti Teluk Bayur yang sempat menjadi nama lagu populer di tahun 1970-an, Lembah Anai dengan air terjun di tepi jalannya dan dapat menjadi tempat untuk sejenak beristirahat dan berfoto, dan Pandai Sikek yang merupakan tempat kerajinan songket.

Belum lagi kuliner yang ditemui sepanjang jalan, semisal di Padang Panjang dapat berhenti untuk makan sate Padang sekaligus mencari tahu perbedaan sate Padang Pariaman (sausnya kemerahan karena cabai) dan Padang Panjang (sausnya kuning karena kunyit). Bersiaplah juga untuk menaklukkan Kelok 44 yang terjal dan terkenal telah sering membuat orang mabuk, namun di ujungnya terdapat Danau Maninjau yang indah.

Bertandang kemari, pastikan untuk mengagendakan kunjungan ke tempat-tempat berikut ini.

  • Jam Gadang

Menara jam setinggi 26 meter ini selesai dibangun pada 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda untuk Rook Maker, sekretaris kota Bukittinggi semasa pemerintahan Hindia Belanda. Atapnya dulu berbentuk bulat dengan patung ayam di atasnya, kemudian diubah menjadi pagoda semasa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka, dirombak lagi menjadi atap pada rumah gadang. Bangunan yang hanya terbuat dari campuran kapur, pasir putih, dan putih telur ini tetap kokoh walau sempat dihantam gempa. Jamnya pun tidak retak, hanya bandulnya saja yang patah.

Keunikan lainnya adalah angka romawi IV pada jam ditulis dengan IIII, dan hingga kini belum diketahui alasannya. Waktu terbaik ke sini adalah pagi atau sore hari ketika cuaca tak terlalu terik, sehingga dapat bersantai sambil mencicipi makanan khas Minangkabau yang dijajakan oleh para pedagang di sekitar Jam Gadang. Pastikan juga membawa kamera karena tempat ini memiliki banyak spot menarik untuk berfoto.

  • Lembah Anai

Selepas mobil melaju meninggalkan Padang, mata akan dibuai oleh hijaunya rimba dan eksotisnya liukan pematang sawah, sementara gunung dan bukit berdiri megah di sekeliling. Pada kilometer ke-25 dari Padang, di kiri jalan terdapat Air Terjun Lembah Anai. Gemuruhnya terdengar jelas dari Jalan Raya antara Padang-Bukittinggi atau Batusangkar ini.

Bagi yang sulit menahan godaan, minta supir mobil sewaan untuk menghentikan kendaraan agar dapat duduk di atas batu sambil menjulurkan kaki ke dalam dinginnya air sungai pegunungan. Lembah Anai sendiri merupakan kawasan cagar alam yang dihuni berbagai hewan yang dilindungi, seperti monyet dan harimau. Di lembah nan cantik ini terdapat rel kereta bergigi yang pernah difungsikan sebagai rute kereta uap wisata.

  • Danau Maninjau

Danau terluas kedua di Sumatera Barat ini dapat dicapai dari arah barat, yaitu dari Padang melalui Pariaman selama dua jam berkendara, atau dari arah timur, yaitu dari Padang menuju Bukittinggi yang kemudian melalui lintasan Kelok 44 (baca: Kelok Ampek-ampek) selama sekitar tiga jam. Jalur yang disebut terakhir ini merupakan tantangan terberat dalam Tour de Singkarak karena terdiri 44 kelokan dengan kemiringan curam, sehingga oleh pesepeda, medan ini dijuluki Hell on Sumatra.

Di kelok ke-34 terdapat warung kopi untuk menyeruput minuman hangat dan menikmati panorama danau yang dikelilingi barisan bukit hijau. Pengunjung juga dapat menikmati makanan khas setempat berupa ikan masak pangek dan pepes atau peyek ikan rinuak di salah satu restoran di tepi danau.

  • Ngarai Sianok

Lembah curam dan berkelok sedalam 100 meter yang terbentang sepanjang 15 kilometer ini dapat dinikmati dari Taman Panorama, tak jauh dari Jam Gadang, dengan tiket Rp 5.000. Di salah satu sudut taman ini terdapat bagian yang dikelilingi pagar dan merupakan tempat terbaik untuk melihat pemandangan Ngarai Sianok.

Di dekat pagar pembatas ini juga terdapat tangga menuju ke bawah untuk menuju gua peninggalan Jepang. Dibangun pada 1942 hingga 1945, di dalam lorong bawah tanah sepanjang 1,47 kilometer ini terdapat 21 ruangan yang terdiri bilik serdadu, ruang rapat, dapur, penjara, ruang penyiksaan, penyimpanan amunisi, tempat penyergapan, dan pintu pelarian.

Batang – atau sungai dalam bahasa setempat – Sianok yang mengalir di ngarai ini bermuara di Samudra Hindia dan dapat disusuri menggunakan kano atau kayak sewaan. Rutenya dari Desa Lambah ke Desa Sitingkai Batang Palupuh selama 3,5 jam. Di sekitar ngarai ini juga banyak dijumpai berbagai tumbuhan langka, termasuk Rafflesia arnoldii, selain juga banyak kera, sehingga disarankan untuk berhati-hati menjaga barang bawaan.

Akses: Bukittinggi dapat dicapai dari Bandara Internasional Minangkabau di Padang dengan mobil travel. Jarak tempuh kurang lebih dua jam melewati Padang Panjang. Padang sendiri dapat diakses dari berbagai kota besar dengan Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air, dan Batik Air. 

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here