La Boca, Distrik Warna-warni Tempat Lahirnya Tango

Meski sempat terjadi kontroversi tentang asal-usulnya, tango diyakini lahir di Buenos Aires di tahun 1850 dan kemudian melebur dengan kebudayaan Eropa dari para imigran Italia, Spanyol, Jerman, dan negara lainnya. Mereka membawakan musik dari negara mereka dan menarikannya bersama-sama sehingga muncul sebuah inovasi tarian dan musik.

Seiring perkembangan budaya populer, tango yang awalnya muncul di kalangan kelas bawah ini pun bergeser kelas sosialnya ketika mulai ditarikan oleh para bangsawan yang kemudian menyempurnakannya dengan bentuk tarian yang lebih halus. Tango juga telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya di tahun 2009.

Sejarah lahirnya tango sendiri tak bisa dipisahkan dari La Boca, sebuah distrik pekerja kelas bawah di Buenos Aires. Masuknya imigran lajang Eropa dalam jumlah besar di tahun 1880-an membuat menjamurnya beberapa tempat prostitusi sebagai salah satu cara untuk menghabiskan waktu. Ketika persaingan semakin ketat, sebagian penghuni pun berlomba-lomba mendatangkan musisi untuk menghibur para imigran di waktu luang. Seiring waktu, tarian pun turut menemani musik ini, hingga akhirnya popularitasnya menyebar ke kalangan atas dan ditarikan dengan elegan di ballroom.

Walau kini La Boca merupakan kawasan yang menyenangkan untuk berjalan-jalan, sebaiknya datang sedari pagi dan hindari malam hari. Selain untuk berburu foto saat kawasan masih sepi pengunjung, juga karena banyak peringatan tentang tingginya tingkat kejahatan di wilayah tersebut.

Area paling ramai di La Boca adalah El Caminito (Little Walkway), kawasan pejalan kaki yang tadinya merupakan jalur kereta. Di sini, para pelancong akan mendapati diri mereka dikelilingi oleh pemandangan jalanan yang ramai, dengan kaleidoskop warna di setiap arah — semua berkat para imigran yang menetap di daerah itu dan mengecat rumah mereka dengan cat sisa apa pun yang bisa mereka temukan dari galangan kapal terdekat. Ini adalah surganya fotografer! Angle foto apa pun tak akan pernah salah dengan berbagai objek yang ada di tempat ini.

Banyak pula pedagang yang menjual suvenir serta berbagai seni dan kerajinan tangan. Usai berjalan menyusurinya, biasanya turis melewatkan siang dengan makan di salah satu kafenya sambil menonton pertunjukan tango. Pertunjukan ini selalu ada setiap harinya di sepanjang jalan, mirip pengamen di Jakarta yang pindah dari satu tempat ke tempat lain, jadi tak perlu repot-repot berkeliling dan mencarinya.

Akses: naik taksi, bus hop-on hop-off, bus lokal (#152 atau #64), atau berjalan kaki bila cukup dekat dari akomodasi atau destinasi lain yang ingin dituju.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here