Melihat Ragam Budaya Indonesia di Taman Miniatur Budaya Sampit

Indonesia terdiri atas berbagai suku yang memiliki keunikan budayanya masing-masing. Sayangnya, masyarakat belum terlalu mengapresiasi, bahkan mengetahui keberagaman budaya ini. Karena itu, Taman Miniatur Budaya Sampit yang terletak di Mentawa Baru Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah didirikan untuk memperkenalkan keragaman budaya ini dalam bentuk miniatur rumah adat dari suku asli Indonesia.

Taman Miniatur Budaya Sampit memang banyak berfokus pada kebudayaan suku Dayak, yang terlihat dari kehadiran rumah Betang yang merupakan rumah panjang khas suku Dayak maupun rumah Baanjung dari suku Banjar dan suku Dayak Bakumpai. Namun, ada juga rumah-rumah adat suku lainnya di sini, seperti rumah Joglo khas Jawa dan rumah adat Bali. Keragaman rumah-rumah adat yang dibangun di Taman Miniatur Budaya merepresentasikan kehidupan warga Sampit yang hidup berdampingan meski dalam perbedaan.

Selain rumah adat, di sini pengunjung juga akan menemukan tiga balai keramat yang merupakan tempat memanggil roh-roh leluhur yang menjaga Kabupaten Kotawaringin Timur. Masing-masing balai keramat memiliki fungsi tertentu dan dapat dibedakan dari warnanya, yaitu warna kuning, putih, dan merah. Balai keramat berwarna putih disebut jata dan merupakan penguasa alam liar. Balai keramat berwarna merah dikenal dengan sebutan patahu dan merupakan penguasa kampung. Sementara balai keramat berwarna kuning disebut sangumang, penguasa rezeki.

Rencananya, Taman Miniatur Budaya Sampit juga bakal mendirikan taman yang menampilkan koleksi berupa tanaman yang berkhasiat obat, seperti pasak bumi dan akar kuning. Tak hanya itu, pengelola pun berencana menambah bangunan rumah adat lainya dari suku asli Indonesia.

Kegiatan Budaya Tahunan

Selain sebagai destinasi wisata budaya, Taman Miniatur Budaya Sampit juga merupakan tempat pelaksanaan ritual adat Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu. Kegiatan ini merupakan ritual adat Hindu Kaharingan yang dilakukan untuk membersihkan alam dan lingkungan hidup beserta isinya dari berbagai bahaya, sial, dan wabah penyakit.

Instagram @letsgotosampit

Mampakanan Sahur sendiri merupakan sekelompok makhluk gaib yang mempunyai kemampuan supranatural. Dikatakan bahwa makhluk-makhluk ini merupakan perwujudan dari kekuasaan Ranying Hattala Langit (Tuhan Yang Maha Esa). Perwujudan ini disebut Tumbang Sahur Bagarantung Langit Tundun Parapah (Sahur Parapah), yang berarti ada di langit, bumi, dan di bawah bumi atau air.

Setiap makhluk diberi nama sesuai dengan kekuatannya masing-masing, yaitu Sahuwung Bulau yang tinggal di langit, Jala Kalang Labehu dan Naga Galang Petak yang tinggal di air, serta Temanggung Tungku Watu dan Kameloh Nyaring Bawin Kalasi yang tinggal di bumi.

Sementara itu, Mamapas Lewu merupakan bentuk perwujudan tatanan kehidupan masyarakat Dayak dalam berinteraksi dengan sesame. Perwujudan ini menggambarkan kehidupan Suku Dayak dalam menjalin persatuan dan kesatuan.

Ritual adat Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu biasa diadakan di bulan November. Dalam ritual ini, warga dan juga wisatawan diajak ikut bergembira dengan manganjan atau menari bersama. Acara diisi dengan ritual yang dipimpin seorang pisor atau tokoh agama Hindu Kaharingan. Selanjutnya dilakukan arak-arakan berkeliling kota sebagai simbol membersihkan kota dari hal-hal negatif.

Kemudian, ritual adat ini dilanjutkan dengan melarung berbagai sesaji yang disebut sangkurup jatha ke Sungai Mentaya. Acara ditutup dengan makan bersama seluruh warga dan tamu yang hadir. Ritual adat Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu juga menjadi momen silaturahmi seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan. Ritual adat tahunan ini juga terus dikemas menarik sehingga mampu menarik minat wisatawan lokal dan asing untuk datang menyaksikannya.

Taman Miniatur Budaya Sampit terletak di Jalan Pramuka, atau tepatnya di seberang Sampit Islamic Center yang merupakan masjid besar di daerah Sampit. Dari taman kota Sampit, Anda hanya perlu mengambil arah ke Jalan Pemuda kemudian ke Jalan Karang Taruna hingga ke Jalan Pramuka. Di jalan ini, Anda sudah dapat menemukan Taman Miniatur Budaya. Tidak ada tiket masuk yang harus dibayarkan. Tapi begitu sampai, Anda sebaiknya langsung mendatangi pihak pengelola di sana untuk memberitahukan kedatangan Anda.

Teks: Levana Florentia | Editor: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here