Melati Suryodarmo Bakal Tampilkan 12 Pertunjukan di Museum MACAN

Museum MACAN menghadirkan pameran seni solo pertama Melati Suryodarmo bertajuk Why Let the Chicken Run? Berbeda dari pameran pada umumnya, Why Let the Chicken Run? akan menampilkan seni pertunjukan hidup yang bisa berlangsung hingga 12 jam. Pertunjukan seni ini akan ditampilkan langsung di hadapan pengunjung oleh sang artis Melati Suryodarmo dan kelompok pelaku seni bertalenta lainnya.

Melati Suryodarmo merupakan seniman visual dengan fokus pada seni pertunjukan. Hasil karyanya telah mendunia dan diakui secara internasional. Pada pameran tunggal pertamanya, Melati akan membawakan 12 pertunjukan seni yang telah dibuatnya dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun. Termasuk dalam pertunjukan ini adalah performa EXERGIE – Butter Dance (2000) yang sempat viral di media sosial. Dalam penampilan ini, Melati terlihat menari di atas tumpukan mentega yang licin hingga jatuh berkali-kali. Setiap jatuh, ia kembali bangkit dan melanjutkan tariannya. Performa ini merepresentasikan kehidupan yang naik-turun dengan momen-momen yang tidak dapat diprediksi. Setiap kali terjatuh kita harus siap untuk bangkit kembali.

Selain EXERGIE – Butter Dance, ada pula performa berjudul Kleidungsaffe (2006) yang menyoroti perilaku konsumtif manusia. Perilaku konsumtif ini ditampilkan dalam bentuk tumpukan besar baju beraneka warna yang membentuk pohon raksasa. Di pameran Museum MACAN, Melati akan diwakilkan oleh seorang penampil untuk duduk bergelantung sambil memeluk batang ‘pohon baju’ ini selama tiga jam. Selama itu pula, orang-orang bisa berlalu-lalang dan melihat dari dekat struktur yang indah namun tampak aneh ini.

I’m a Ghost in My Own House (2012)

Salah satu pertunjukan paling spektakuler yang pernah dibuat oleh Melati dan juga akan ditampilkan di pameran Why Let the Chicken Run? adalah I’m a Ghost in My Own House (2012). Performa ini berlangsung selama 12 jam tanpa henti dan akan ditampilkan langsung oleh Melati. Dalam I’m a Ghost in My Own House, Melati akan berdiri di tengah hamparan batu bara sambil menggilingnya selama berjam-jam hingga membentuk debu dan jelaga. Menurut Melati, batu bara dapat menjadi simbol energi kehidupan. Namun energi ini juga bisa habis dan hilang, sebagaimana batu bara digiling menjadi jelaga yang tidak berguna.

Melalui penampilannya yang bisa berlangsung hingga berjam-jam, Melati hendak menantang ketahanan tubuhnya baik secara fisik maupun psikologis, dan berada dalam pencarian kesadaran spiritual yang lebih dalam. Praktik kesenian Melati dipengaruhi oleh Butoh – sebuah bentuk tari radikal yang muncul pascaperang dunia di Jepang. Selain itu, gaya seninya juga dipengaruhi oleh hubungan yang mendalam dan berkelanjutan dengan seniman lain, pendidikan seni di Eropa, serta penyelidikannya terhadap tradisi budaya Jawa. Pengunjung dapat melihat perjalanan seni Melati dan berbagai arsip pribadinya lewat foto dan dokumentasi yang bersifat historis.

Eins und Eins (2016)

Pengunjung dapat menikmati pertunjukan seni spektakuler karya Melati Suryodarmo mulai Jumat, 28 Februari hingga Selasa, 31 Mei 2020. Pengunjung disarankan untuk terus memantau akun Instagram @museummacan dan situs www.museummacan.org agar mengetahui jadwal pertunjukan yang akan dilaksanakan hari itu. Sebagai catatan, pertunjukan seperti I’m a Ghost in My Own House yang ditampilkan langsung oleh Melati hanya memiliki satu kali jadwal pertunjukan, yakni pada Sabtu, 29 Februari 2020 pukul 09:00-21:00 – yang juga menjadi peristiwa bersejarah bagi Museum MACAN yang buka 12 jam penuh untuk pertama kalinya.

Tiket masuk ke pameran Why Let the Chicken Run? dapat dipesan melalui www.museummacan.org/tickets. Harga tiket untuk dewasa sebesar Rp 100.000, anak usia 3-12 tahun Rp 80.000, pelajar dan orang tua berusia di atas 65 tahun sebesar Rp 90.000.

Teks: Levana Florentia | Foto: Museum MACAN | Editor: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here