Melukis Daruma di Takasaki

Terhubung dengan JR Shinkansen dari Tokyo, kota modern Takasaki mengalahkan kepopuleran ibu kota Prefektur Gunma, Maebashi. Takasaki merupakan tempat asal boneka daruma yang digunakan masyarakat Jepang untuk memohon sesuatu dan dianggap sebagai simbol keberuntungan.

Mengambil bentuk dari tokoh pendiri aliran Buddha Zen bernama Bodhidharma, seorang biksu dari abad lima asal India, setiap tahun baru, masyarakat Jepang akan membeli daruma yang dijual tanpa biji mata. Sang pembelilah yang harus menggambar bola mata pada daruma – biasanya mata kanan dan membiarkan mata kiri tetap kosong – sambil mengucapkan harapan.

Ketika permintaan terkabul, yang bersangkutan harus menggambar bola mata yang masih kosong (mata kiri) dan membawa daruma tersebut ke kuil, biasanya setiap 6 dan 7 Januari, untuk berterima kasih kepada para dewa. Daruma sendiri terbuat dari kertas daur ulang yang dihancurkan dan dibuat bubur kemudian dibentuk ulang.

Shorinzan Daruma-ji Shrine di Takasaki lah awal dari kepopuleran daruma di Jepang. (Akses: Tersedia loop bus dari JR Takasaki Station atau naik bus Shorinzan Line No. 1 dan turun di halte Shorinzan Guchi) Dibangun pada 1697, di kuil ini terdapat pojok khusus untuk menyimpan tumpukan daruma, selain terdapat ruangan kecil yang menyimpan aneka daruma dari berbagai wilayah di Jepang dan beragam lukisan sosok Bodhidarma.

Daimonya

Tak jauh dari Gunma Hachiman Station, terdapat pabrik daruma sekaligus toko suvenir Daimonya yang memproduksi 70.000 daruma setiap tahunnya. Terdiri 22 ukuran, mulai dari yang setinggi 4,5 sentimeter hingga 74 sentimeter, sebagian besar daruma ini dibuat oleh Sumikazu Nakata, pengrajin sekaligus pemilik Daimonya.

Di sini pengunjung juga dapat mengikuti workshop untuk belajar melukis alis daruma yang berbentuk burung bangau dan kumisnya yang berbentuk penyu di bawah panduan Sumikazu Nakata, sang pemilik Daimonya sekaligus pengrajin tradisional.

Menurut anaknya, Chihiro Nakata, daruma ini dianggap barang sakral. “Kami tidak menganggapnya sebagai dewa, namun daruma ini merupakan barang penting bagi kami orang Jepang. Jadi, saat melukisnya, kami harap agar Anda dapat menghargai dan menghormati tradisi dan budaya kami,” ujarnya.

Sang ayah pun juga menjelaskan kalau selama melukis, sebaiknya tenang dan memenuhi pikiran dengan hal-hal positif. “Daruma ini merupakan bentuk permohonan seseorang terhadap impian dan harapannya, karena itu selama melukis pun sebaiknya fokus terhadap hal-hal tersebut agar permintaan Anda dapat terkabul.”

Tarif untuk mengikuti workshop ini adalah 800 yen per orang, sudah termasuk daruma setinggi 12 sentimeter, dan wajib untuk reservasi terlebih dahulu. Bila dipadukan dengan tur studio daruma dan penjelasan tentang cara melukis daruma, durasi workshop-nya sekitar 45 menit.

Tentu saja bila tak memiliki waktu lebih, atau sekadar ingin membeli daruma untuk suvenir, pengunjung dapat menuju ke tokonya untuk memilih sejumlah daruma dengan berbagai permohonan dalam huruf kanji pada bagian bawah tubuhnya. Yang dijual di Daimonya antara lain bertuliskan “shiawase” (kebahagiaan), “kanau” (harapan besar), “hissho” (kemenangan), dan “kogaku” (lulus ujian).

Untuk mencapai Daimonya, Anda dapat memanfaatkan JR Tokyo Wide Pass untuk naik kereta JR Shinkansen dari Tokyo Station ke Takasaki Station selama 60 menit, lalu naik JR Shin-etsu Line ke Gunma Hachiman Station selama 8 menit. Setibanya, berjalan kaki selama 15 menit menuju Daimonya.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here