Belum Sah ke Luang Prabang Bila Belum Kemari!

Waktu merupakan teman terbaik di Luang Prabang, kota tua di utara Laos yang santai, di mana hal ini pun kemudian ditularkan ke para wisatawan yang berkunjung. Diapit Sungai Mekong dan Sungai Nam Kham, Luang Prabang merupakan bekas ibu kota Kerajaan Laos, dan berkat sejarahnya yang panjang dan berliku, UNESCO kemudian menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia pada 1995.

Bertandang ke Luang Prabang, bersiaplah untuk disuguhi bangunan-bangunan lawas berarsitektur multikultur, jajaran kuil dan biara Buddha, serta lanskap menakjubkan berupa air terjun dan gua-gua eksotis di puncak tebing. Saking spiritualnya tempat ini, nama Luang Prabang sendiri pun ternyata diambil dari patung Buddha Phra Bang bergaya Khmer yang tersimpan di Wat Ho Pha Bang yang berada di kompleks Royal Palace.

1. Gunung Phou Si

Pemandangan Luang Prabang 360 derajat dapat dinikmati di Gunung Phou Si. Sebagian wisatawan terkecoh, karena mengira Phou Si merupakan gunung setinggi ribuan meter yang memerlukan banyak waktu dan energi untuk mendakinya. Padahal, gunung setinggi 150 meter ini mudah diakses puncaknya dengan menaiki ratusan anak tangga.

Di puncak gunung, mata akan dibuai dengan dua panorama khas Luang Prabang, yaitu di satu sisi hamparan bukit hijau dengan Sungai Nam Khan dan di sisi lain, Sungai Mekong dengan airnya yang bak kopi susu. Jika cuaca cerah, dari sini juga dapat terlihat Wat Phra Phome Phao Santi Chedi, kuil Buddha yang memiliki stupa menyerupai Pagoda Shwedagon di Yangon, Myanmar. Di sini juga terdapat Wat Chom Si yang berstupa emas, tempat warga setempat secara berkala memberikan persembahan bunga dan melepas burung yang dipercaya akan memberi keberuntungan dan kebahagiaan. (Lokasi: Jalan Sisavangvong, di seberang gerbang Royal Palace atau Jalan Kingkitsarath, seberang Sungai Nam Kham, tiket: 20.000 kip)

2. Royal Palace

Istana yang kini berubah fungsi menjadi museum nasional ini merupakan atraksi utama di Luang Prabang, dan memang layak dikunjungi jika ingin mengetahui sejarah dan budaya Laos. Disebut juga Haw Kham, bangunan megah di tepi Sungai Mekong ini dibangun semasa pemerintahan Raja Sisavangvong pada 1904, untuk menggantikan istana lama yang hancur akibat serbuan grup militan Tiongkok yang disebut pasukan Black Flag pada 1887. 

Di kompleks istana juga terdapat kuil kerajaan Wat Ho Pha Bang yang dibangun pada 1963 dan baru selesai pada 2006. Di sinilah patung Buddha Phra Bang setinggi 83 sentimeter yang merupakan patung Buddha yang paling dihormati di negara ini disimpan. Menurut legenda, patung pemberian Raja Angkor ini dibuat di Srilanka sekitar 2.000 tahun silam untuk dihadiahkan ke Fa Ngum, raja pertama Kerajaan Lan Xang pada 1353. Patung ini sempat dirampas Kerajaan Siam menyerang Laos, namun akhirnya dikembalikan pada 1867. (Lokasi: Gerbangnya berada di Jalan Sisavangvong, tepat di seberang tangga menuju Gunung Phou Si atau jalan kaki tiga menit dari Wat Mai Suwannaphumaham, tiket: 30.000 kip, jam operasional: 08:00-11:30 dan 13:30-16:00)

3. Tak Bat

Bangunlah lebih awal untuk menyaksikan ritual pemberian makan kepada para biksu (disebut Tak Bat) yang berlangsung setiap hari selama 600 tahun. Masyarakat Laos percaya, bahwa memberi makan para biksu dapat mendatangkan karma baik. Warga akan duduk di bangku pendek di tepi jalan dengan bakul-bakul berisi makanan, biasanya berupa nasi ketan, buah-buahan, dan kue-kue tradisional.

Walau prosesi dimulai sekitar pukul 05:30, para pemberi sedekah mesti bersiap satu atau dua jam sebelumnya. Prosesi dimulai di jalan utama Luang Prabang, seperti di Jalan Sisavangvong, kemudian menyebar ke jalan-jalan di sekitarnya. Wisatawan juga dapat berpartisipasi dengan berbekal makanan yang bisa dibeli di pasar atau minta disiapkan hotel tempat menginap.

4. Pasar Malam

Sejak pukul 17:00, ratusan lapak di Jalan Sisavangvong memenuhi jalan sepanjang satu kilometer dan terbagi ke dalam dua ruas. Pasar malam Luang Prabang adalah tempat terbaik untuk melihat- lihat suvenir, berbelanja, mencicipi jajanan jalanan setempat, atau sekadar menikmati suasana malam di Luang Prabang yang berlangsung pendek, karena masyarakatnya memang tidak beraktivitas hingga larut malam. Pasar malam ini menjual banyak barang, mulai dari aksesori, kaos, tas, dompet, kain tenun, pernak-pernik rumah tangga, hingga makanan dan minuman. Jangan tergesa-gesa membeli sebuah barang, karena ada begitu banyak pilihan di sini. Jangan pula takut menawar, bahkan memotong harga hingga 40 persen.

5. Kuil-kuil Terbaik

Bagi warga Laos yang miskin dan tak dapat membiayai sekolah anak-anak mereka, kuil adalah solusinya. Sejak umur tujuh, anak laki-laki bisa mendapatkan pendidikan gratis dengan dikirim ke kuil. Itulah sebabnya kehidupan warganya memang tidak jauh-jauh dari urusan kuil, di mana di Luang Prabang sendiri memiliki 34 kuil yang dilindungi oleh UNESCO. Kuil-kuil di Luang Prabang menjadi menarik karena tak hanya bangunan yang antiknya, namun juga karena menjadi rumah bagi lebih dari 1.000 calon biksu yang siap meneruskan ajaran Buddha dan aturan biara, sehingga bangunan ini terus “hidup” bagi warganya. Berikut kuil-kuil di Luang Prabang yang patut dikunjungi.

•  Wat Xieng Thong

Disebut juga Kuil Kota Emas, kuil ini dibangun oleh Raja Setthathirath pada 1559 dan berlokasi di titik pertemuan Sungai Mekong dan Sungai Nam Kham. Dulunya, pintu masuk kuil ini berada di seberang sungai karena Raja Setthathirath biasa ke kuil ini dengan naik kapal dari Royal Palace. Selama berabad-abad, kuil ini menjadi tempat banyak kejadian penting, berhubung di sinilah para calon raja Laos dinobatkan. 

•  Wat Mai Suwannaphumaham

Disebut juga Wat Mai, kuil ini didirikan pada 1780 oleh Raja Anurat dan merupakan kuil terbesar di Luang Prabang. Dindingnya dihiasi ornamen lacquer (teknik membuat sesuatu lebih mengilap) berwarna merah-hitam dan emas, kuil ini sempat menjadi rumah bagi patung Phra Bang Buddha yang sakral bagi warga Laos, yang sekarang berada di Wat Ho Pha Bang di Royal Palace. 

•  Wat Wisunalat

Merupakan kuil tertua di Luang Prabang yang dibangun pada 1512, kuil ini menyimpan koleksi patung Buddha berusia ratusan tahun. Di masa-masa penyerangan Luang Prabang oleh kerajaan-kerajaan tetangga yang ingin menginvasinya, Wat Wisunalat turut menjadi korban. Kuil ini dibakar dan sejumlah patung Buddha dicuri dan dihancurkan. Dibangun kembali pada 1898, hingga hari ini Wat Wisunalat masih aktif sebagai tempat ibadah dan hunian para biksu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here