Lakukan 6 Kegiatan Ini Saat Berlibur di Labengki

Sulawesi Tenggara tak hanya punya Wakatobi, namun juga Labengki di Kabupaten Konawe Utara dengan gugusan pulau karang dan perairan pirus di sekelilingnya, yang seketika mengingatkan akan Raja Ampat. Bila berkesempatan kemari, luangkan waktu untuk melakukan sejumlah kegiatan berikut ini.

Mengenal Suku Bajo 

Labengki terdiri lima pulau besar, yakni Labengki Besar, Labengki Kecil (Kusino), Namira, Tukoh Kulay, dan Mauang, serta pulau-pulau kecil lainnya yang tak bernama. Dari antara pulau-pulau tersebut, hanya Labengki Kecil lah yang berpenghuni dan penghuninya sebagian besar adalah suku Bajo.

Jumlah penduduknya tak terlalu banyak, yaitu hanya sekitar 100 keluarga. Masyarakatnya pun sangat ramah, terutama anak-anak kecil yang bakal mengerubungi setiap ada kapal merapat. Bila belum menemukan penginapan, warga pun dengan senang hati mempersilakan para wisatawan untuk menginap di rumah mereka tanpa mematok harga tertentu. Selagi di sini, bangun pagilah untuk menikmati pemandangan matahari terbit di tepi pantai dengan latar mercusuar dan tebing karang. Jangan lewatkan juga mampir ke Gua Kolam Renang di belakang pemukiman warga untuk menikmati keindahan stalagmit sambil berendam di perairan yang jernih dan dangkal.

 Bermain Air

Keindahan Labengki tak hanya di permukaan, namun juga pada bawah airnya yang merupakan habitat bagi berbagai biota laut, sehingga snorkeling di sini merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan, di antaranya dengan mengunjungi situs terpopulernya, yaitu Mauang yang terdiri pulau-pulau kecil yang saling berdekatan; perairan Tukoh Kulay yang kaya akan biota laut; dan Dolipo yang berair jernih, sehingga kedalaman lima hingga sepuluh meter pun karangnya masih terlihat jelas. Di sekitar Labengki banyak terdapat kima raksasa yang ukurannya bisa mencapai sekitar 50 sentimeter.

Di sela-sela bermain air, sempatkan makan siang di Pantai Batu Asaang yang pasirnya berwarna kemerahan dan latar tebing-tebing menjulang. Pantai lainnya yang patut dikunjungi adalah Pantai Mahitala yang menawarkan fasilitas untuk panjat tebing dengan ketinggian mencapai 200 meter, serta Pantai Pasir Panjang yang dangkal dan cocok untuk berenang.

 Menikmati Matahari Terbit dan Terbenam

Selagi di sini, jangan lewatkan menyaksikan matahari terbit dari puncak bukit di salah satu pulaunya, atau dari mercusuar di Labengki Kecil. Menara yang didirikan semasa penjajahan Belanda tersebut memang tidak bisa dimasuki, namun karena dibangun di tempat yang cukup tinggi, dari sana dapat terlihat pulau-pulau karang di sekitarnya dan perairan pirus yang mengepungnya. Setelah itu, lewatkan hari dengan snorkeling atau memancing (ada banyak jenis ikan yang bisa ditangkap, seperti barakuda, kerapu, kakap merah, dan tuna sirip kuning), sebelum merapat ke salah satu pantainya menjelang senja untuk membakar hasil tangkapan hari itu dan menyaksikan matahari terbenam.

 Menuju Teluk Cinta

Dinamai demikian karena bila dilihat dari atas, bentuknya menyerupai hati. Teluk ini dapat diakses sekitar 20 menit dari perkampungan suku Bajo di Labengki Kecil dengan menyewa kapal nelayan (sekitar Rp 150.000). Bila ingin ke puncak bukit, pastikan menggunakan sandal atau sepatu khusus untuk trekking, karena bakal melewati medan yang menanjak dengan bebatuan tajam. Namun tentu saja, perjuangan ini akan terbayar saat melihat keindahan Teluk Cinta beserta gugusan pulau di sekitarnya dari ketinggian yang mengingatkan akan Raja Ampat. Jika memiliki waktu lebih, mampirlah ke salah satu pulaunya, seperti Pulau Pasir Panjang yang memiliki garis pantai lebih panjang dibanding pulau-pulau lain di Labengki.

 Bersantai di Ketinggian

Belakangan ini semakin banyak tempat wisata yang menawarkan extreme hammock, di mana hammock tak lagi diikat di antara dua pohon, namun di antara puncak tebing karst dengan ketinggian hingga puluhan meter. Hal ini jugalah yang ditawarkan Nirwana Labengki Resort, satu-satunya penginapan berfasilitas lengkap di Labengki. Berbeda dengan panjat tebing, tidak diperlukan keahlian khusus untuk menikmati extreme hammock di puncak bukit Labengki ini. Pengunjung juga tidak perlu repot membawa perlengkapan outdoor, seperti tali webbing ataupun karamantel, karena semuanya telah tersedia. Meski demikian, kegiatan ini tetap memerlukan pengawasan dari pemandu profesional. Selain mesti merayap di atas tali dengan bantuan safety gear, tantangan lain adalah jika angin berhembus kencang dan menggoyang hammock.

 Terbang Bagai Superman

Masih berada di kompleks Nirwana Labengki Resort, pengunjung dapat menikmati flying fox antarpulau terpanjang di Indonesia (tiket Rp 200.000 per orang sekali meluncur). Berdurasi sekitar 50 detik, flying fox ini dilakukan dari ketinggian 450 meter ke Pulau Mauang. Setibanya di sana, pengunjung dapat snorkeling di perairan sekitarnya, kemudian membeli seafood segar dari nelayan setempat dan membawanya pulang ke resor untuk meminta koki mengolahnya. Sembari menunggu seafood terhidang, pengunjung dapat mendaki jalur trekking di Nirwana Labengki Resort yang terdiri anak-anak tangga. Ujung jalur ini tentu saja panorama dari ketinggian. Perairan di sekitar resor pun menyenangkan untuk dijelajah dengan naik kayak.

Akses: Dari Jakarta, ada dua maskapai yang melayani penerbangan langsung ke Kendari, yakni Batik Air dan Lion Air. Setibanya di Bandara Haluoleo, lanjutkan perjalanan dengan berkendara selama sekitar satu jam menuju Toli-toli di Kabupaten Konawe (sewa mobil sekitar Rp 300.000 untuk dua arah), lalu dilanjutkan dengan naik kapal selama sekitar dua hingga empat jam perjalanan hingga tiba di Labengki (tergantung cuaca dan jenis kapal). Bila beruntung, dalam perjalanan kapal dapat dikawal kawanan lumba-lumba.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here