50 Tahun Kiprah Ratu Angkasa

Boeing 747 baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-50. Berjuluk Ratu Angkasa, pesawat penumpang berbadan lebar terbesar kedua ini pertama kali muncul pada September 1968, dan kemudian beroperasi secara resmi dua tahun kemudian dengan Pan Am (Pan American World Airways) sebagai klien pertamanya. Sejak saat itu jugalah pesawat ini menjadi favorit penumpangnya. Tak hanya digunakan White House sebagai Air Force One, pesawat ini juga menjadi banyak latar bagi film Hollywood.

Ada hampir 500 pesawat Boeing 747 yang masih beroperasi hingga saat ini, meskipun banyak maskapai telah mengganti armadanya dengan pesawat bermesin ganda yang lebih besar, lebih canggih, dan lebih efisien. Versi terbaru Jumbo Jet ini adalah 747-8 Intercontinental, dengan sayap, mesin, dan teknologi baru yang tak terbayangkan oleh para perancang dan pilot dari 747 yang asli.

Meski jumlah penggunanya semakin sedikit, keberadaan pesawat ini masih bertahan hingga beberapa tahun ke depan. Lagipula pesawat ini jugalah yang telah memberikan dampak besar terhadap industri penerbangan selama beberapa dekade belakangan ini, seperti berikut ini.

Badan Lebar

Boeing 747 adalah pesawat penumpang berbadan lebar pertama dengan lorong ganda. Namun, seandainya keputusan ada di tangan Juan Trippe, desain pesawat ini bisa saja menjadi “double-decker” atau dua tingkat.

Trippe yang merupakan pendiri Pan Am, klien setia Boeing pada waktu itu, meminta Boeing membuat sebuah pesawat penumpang yang besar, atau dua kali ukuran Boeing 707. Namun karena masalah evakuasi pesawat, ide ini mesti diganti menjadi pesawat berbadan lebar, dan para jajaran eksekutif Boeing kemudian membujuk Pan Am untuk mengubah pikiran Trippe dengan menyiapkan desain baru.

Beruntung Pan Am setuju. Interior Boeing 747 pun kemudian dikembangkan bersama Teague, perusahaan desain yang berbasis di Seattle. Pesawat ini kemudian menjadi pesawat pertama yang memiliki dinding samping yang hampir vertikal dan langit-langit tinggi, sehingga memberikan kesan yang lebih lapang dan terbuka. Alih-alih berupa tabung tipis nan panjang, kabin pesawat terbagi menjadi beberapa “ruang”, dengan galley (dapur pesawat) dan toilet sebagai pembatas. Desain inilah yang kemudian menjadi patokan untuk desain pesawat jarak jauh lainnya selama hampir setengah abad.

Bandara Besar

Ukuran armada 747 terbilang sangat besar ketimbang 707 dan Douglas DC-8 yang menjadi andalan armada internasional maskapai penerbangan pada 1960-an. Dengan ratusan penumpang yang datang dan pergi dengan Jumbo Jet, bandara harus cepat beradaptasi dengan memperluas ruang tunggu, konter check-in, dan terminal.

Setiap maskapai penerbangan internasional juga memiliki gengsi tersendiri untuk menerbangkan 747, yang berarti area imigrasi dan pabean semakin ramai dengan kedatangan beberapa pesawat besar secara bersamaan. Fasilitas di lapangan juga harus disesuaikan dengan menyiapkan mobil penarik pesawat (tow tug) yang dapat menangani bobot 747 seberat lebih dari 34 ton, truk katering yang dimodifikasi untuk dapat mencapai pintu kabin, dan pesawat pengisi bahan bakar harus dapat mencapai bagian bawah sayap 747 yang besar.

Pengangkutan Barang 

Boeing 747 dirancang pada saat industri penerbangan mengharapkan transportasi supersonik menjadi pesawat masa depan. Pesawat angkut supersonik pertama di dunia, Tupolev Tu-144 yang dirancang Soviet, telah melakukan penerbangan perdananya pada 1968 dan Concorde terbang ke udara dua bulan kemudian.

Pada tahun 1960-an para ahli memperkirakan bahwa Boeing 747 akan memiliki masa hidup yang pendek sebagai pesawat jet penumpang, sehingga para desainer kemudian membuat ulang Boeing 747 supaya dapat beralih fungsi menjadi pesawat kargo kalau-kalau suatu hari nanti jumlah penumpang menurun.

Kokpit pesawat pun dipindahkan ke dek atas agar moncong pesawat dapat dibuka menjadi pintu kargo. Dek utamanya sendiri memiliki lebar sekitar 20 kaki, sehingga dapat memuat dua kontainer kargo standar. Ruangan yang tadinya untuk area istirahat awak kabin menjadi fitur paling terkenal untuk pesawat tersebut, yakni passenger lounge. Hanya dalam model yang lebih baru lah dek atas tersebut diperluas agar dapat mengakomodasi ruang duduk yang lebih besar.

Rupanya, Tupolev Tu-144 tak lagi beroperasi setelah hanya 55 penerbangan dan Concorde melakukan penerbangan terakhirnya hampir 15 tahun yang lalu. Sementara Boeing 747 malah semakin besar dengan lebih dari 1.500 pesawat diproduksi selama setengah abad terakhir. Pesawat terakhir yang dikirim adalah untuk Korean Air Lines pada 2017 lalu, dan pada Januari 2018, Boeing 747 tak lagi beroperasi di AS sebagai pesawat penumpang setelah Delta Air Lines sebagai maskapai terakhir yang menggunakannya sudah memensiunkan armada tersebut di Marana, Arizona. Berkat desainnya, Boeing 747 bakal tetap dapat beroperasi di tahun-tahun mendatang sebagai pesawat kargo.

Mesin Baru

Boeing 747 membutuhkan desain mesin baru yang menghasilkan lebih banyak kekuatan, membutuhkan sedikit bahan bakar, dan menghasilkan uang untuk maskapai penerbangan. Perusahaan Pratt & Whitney berhasil menciptakan mesin tersebut untuk 747 dan menamainya Pratt & Whitney JT9D. Berbeda dengan mesin pesawat sebelumnya, mesin ini memiliki kipas besar di bagian depan. Udara dalam jumlah besar dipaksa masuk ke dalam mesin tersebut, tetapi hanya sebagian kecil yang masuk ke inti mesin di mana udara tersebut dikompresi, dicampur dengan bahan bakar, dan dibakar untuk menggerakkan turbin. Turbin internal kemudian memutar kipas besar dan mendorong pesawat ke depan.

Desainnya membuat mesin lebih tenang, lebih bertenaga, dan dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik. Desain ini jugalah yang kemudian dipakai sebagai patokan untuk mesin-mesin pesawat lainnya yang lebih canggih.

Ekonomis

Pada tahun pertamanya, Boeing 747 yang dapat menampung banyak orang sekaligus memangkas biaya menerbangkan penumpang hingga setengahnya, sehingga terbang dengan pesawat tak lagi hanya untuk orang-orang kelas atas. Kehadiran pesawat ini kemudian mendorong pertumbuhan perjalanan udara dan pariwisata.

Namun faktor besar yang menyebabkan perubahan ini adalah Boeing 707, pendahulu Boeing 747. Penggunaan bahan bakar pesawat ini ekonomis, karena mampu bekerja lima kali lebih lipat dari pesawat penumpang bermesin piston seperti Douglas DC-6 dan dapat menghubungkan dari benua yang satu ke benua yang lain dalam beberapa jam saja. “Boeing 747 memang pesawat luar biasa, namun banyak fitur pendahulunya yang revolusioner di masanya,” kata Brien Wygle yang merupakan co-pilot pada penerbangan pertama Boeing 747.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here