10 Tempat di Filipina yang Tidak Ada di Indonesia

Memiliki banyak kesamaan sekaligus perbedaan dengan Indonesia, sulit untuk tidak mengucapkan, “Di Indonesia juga ada!” setiap melihat gambar tempat-tempat ikonik di negara kepulauan ini. Inilah alasan kami untuk menghadirkan 10 tempat yang tidak ada – maupun tidak mirip – Indonesia agar menambah satu lagi negara ASEAN yang dapat dikunjungi, berhubung di antara negara-negara ASEAN, Filipina biasanya menjadi negara terakhir yang dilirik karena dinilai sama dengan Indonesia, selain tentu saja, kendala makanan.

 

  1. Chocolate Hills

Chocolate Hills adalah formasi geologi unik di Pulau Bohol yang terbentuk akibat proses tertutupnya batuan karst dan karang oleh tanah, yang kemudian terkikis air selama berabad-abad, sehingga menghasilkan sejumlah 1.776 bukit setinggi antara 30 dan 50 meter di kawasan seluas 50 kilometer persegi yang tersebar di Carmen, Batuan, dan Sagbayan. Terdapat sebuah dek pengamatan di Chocolate Hills Complex, Carmen, yang terentang di puncak dua bukit untuk menikmati keunikan topografi Chocolate Hills yang mengingatkan akan bentuk Hershey’s Kisses raksasa. Namun untuk menuju ke dek pengamatan ini, pengunjung harus mendaki sekitar 200 anak tangga. Disarankan berkunjung pada musim kemarau, ketika bukit ini akan menampilkan wajah sesuai namanya, di sini pulalah dapat dinikmati pemandangan matahari terbenam sehingga saat terbaiknya adalah menjelang sore. Karena keunikannya, pemerintah Filipina telah menetapkan kawasan Chocolate Hills sebagai keajaiban geologi dan mendaftarkannya sebagai Situs Warisan Dunia ke UNESCO.

 

  1. Hinatuan Enchanted River

Berlokasi di Pulau Mindanao dan tersembunyi di tengah hutan, tepatnya di pedalaman Surigao del Sur, Hinatuan Enchanted River yang panjangnya tak lebih dari 50 meter kerap disebut-sebut sebagai salah satu sungai tercantik di Asia. Airnya yang jernih tak hanya menyenangkan untuk berenang, namun pengunjung juga dapat meloncat dari tebing karang atau jembatan bambu yang ada di sini. Setiap pukul 12:00, petugas akan meminta pengunjung mengosongkan sungai karena akan dilakukan pemberian makan bagi ikan-ikan. Konon, belum ada yang dapat menangkap ikan di sungai ini, baik dengan jaring, pancing, dan bahkan tombak. Air di sungai yang bermuara di Samudra Pasifik dan Laut Filipina ini pun misterius. Selain rasanya asin, di dasar sungai diduga terdapat jaringan gua. Pada 2015, Bernil Gastardo yang memimpin proyek Hinatuan Enchanted River Underwater Cave System Rapid Source Assessment (HERUCS) hanya dapat memetakan kedalaman gua hingga kedalaman 82 meter, sehingga masih banyak pertanyaan seputar sungai ini yang belum terjawab.

 

  1. Villa Escudero Waterfalls Restaurant

Villa Escudero Waterfalls Restaurant menawarkan konsep unik untuk bermain air sekaligus bersantap dengan ditemani gemuruh air terjun. Berada di kawasan Villa Escudero Plantations and Resort di San Pablo City, atau dua jam berkendara dari Manila, pengunjung yang hendak makan di sini wajib melepaskan alas kaki karena lantainya merupakan aliran dari air terjun. Namun mesti akan berbasah-basahan, pengunjung harus berpakaian, tidak boleh duduk hanya dengan menggunakan baju renang atau bertelanjang dada. Menawarkan menu-menu khas Filipina, seperti inihaw na tilapia, kaldereta, atau liempo, yang disajikan secara prasmanan seharga 1.400 peso, harga tersebut termasuk tiket ke Villa Escudero Plantations and Resort. Sumber air terjun ini berasal dari Bendungan Labasin yang dibangun Don Arsenio Escudero pada 1929 untuk pembangkit listrik. Selain berenang, pengunjung juga dapat menunggang kerbau, bamboo rafting, menonton pertunjukan musik dan tari tradisional, dan berjalan-jalan menyusuri kompleks Villa Escudero yang menyuguhkan suasana pedesaan Filipina di masa lalu.

 

  1. The Sunken Cemetary

Monumen ini berada di Pulau Camiguin, sekitar 10 kilometer dari pantai utara Pulau Mindanao. Dibangun pada 1982 untuk mengenang korban letusan Gunung Vulcan pada 30 April 1871 yang meratakan desa-desa di sekitarnya, pulau buatan ini dihiasi salib raksasa bercat putih. Untuk menuju pulau ini, tersedia bancas atau perahu tradisional Filipina untuk disewa. Susunan batu di bawah pulau buatan ini juga dihuni berbagai biota laut, sehingga menyediakan situs yang cukup menarik untuk snorkeling (peralatannya dapat disewa seharga 250 peso dari berbagai operator di sekitar pantai). Selesai snorkeling, pengunjung dapat menikmati hidangan laut yang tersedia di beberapa tempat makan di sekitar pantai. Saat terbaik untuk berkeliling monumen ini adalah sore hari karena pemandangan matahari terbenam di sini menambah magis suasana Sunken Cemetary.

 

  1. Puerto Princesa Subterranean River National Park

Panjang sungai bawah tanah di Puerto Princesa Subterranean River National Park ini mencapai 8,2 kilometer. Merupakan salah satu Keajaiban Alam Baru yang ditetapkan UNESCO karena merupakan sungai bawah tanah terpanjang di dunia yang menggantikan sungai bawah tanah di Peninsula Yucatán, Meksiko, yang memiliki panjang 6,7 kilometer, sungai bawah tanah ini diakses dari dermaga di Sabang Beach dengan speedboat selama sekitar 30 menit. Sesampainya di dermaga Puerto Princesa Subterranean River National Park, perjalanan dilanjutkan dengan trekking selama 10 menit. Satu perahu dapat memuat enam hingga delapan orang dengan durasi pengarungan gua sekitar 45 menit. Formasi stalaktit dan stalagmit di dalam gua ini memang menakjubkan dan beberapa di antaranya dinamai sesuai kemiripan bentuknya dengan berbagai hewan, seperti buaya hingga T-Rex.

 

  1. Marikina Shoe Museum

Imelda Marcos, Ibu Negara Filipina dari 1965 hingga 1986, terkenal karena kegemarannya mengoleksi sepatu. Koleksinya yang konon mencapai 3.000 pasang itu ia tinggalkan ketika mengasingkan diri, sehingga akhirnya sepatu-sepatu itu hancur akibat banjir dan dimakan rayap. Kini 749 pasang yang tersisa disimpan di Marikina Shoe Museum, karena memang sebagian koleksinya dibuat oleh pengrajin sepatu dari Marikina. Selain memajang sepatu Imelda Marcos, museum ini juga memuat koleksi sepatu tokoh-tokoh Filipina, seperti artis, duta besar, dan senator yang penempatannya diurutkan sesuai tahun pemerintahan atau kepopuleran mereka. Selain informasi mengenai cara tradisional dan bahan-bahan membuat sepatu, tersedia pula diorama yang menampilkan kehidupan para pengrajin sepatu di Marikina serta sejarah industri sepatu di kota tersebut.

 

  1. Cemetery of Negativism

Pada 1980-an, para tentara di Camp John Hay (kini dikenal sebagai John Hay Air Base) berpendapat kalau pikiran negatif dapat membuat tidak produktif dan membatasi potensi diri. Karena itulah para tentara itu kemudian mengumpulkan semua pikiran negatif dan menguburnya di bukit yang kini disebut Cemetery of Negativism. Lebih mirip tanah pekuburan untuk hewan peliharaan dengan nisan mungil dan patung di atasnya, tempat ini tak terlalu luas dan cocok untuk berjalan kaki sambil menikmati udara sejuk Baguio. Sekitar 15 makam di sini juga ditulisi dengan kata-kata cerdas penuh gurauan sekaligus membuat orang merenung.

 

  1. San Pedro Cutud Lenten Rites

Bertempat di desa San Pedro Cutud, Lenten Rites merupakan ritual penyaliban yang digelar untuk memperingati Jumat Agung dan pertama kali dilakukan pada 1962, ketika kisah penyaliban tersebut dipentaskan dan Artemio Anoza yang berperan sebagai Yesus benar-benar disalib. Sejak itu, pentas jalanan ini tak pernah absen dilakukan tiap tahun dengan puncak acara berupa penyaliban para relawan di sebuah bukit buatan seluas dua hektar. Berlangsung selama 5-10 menit, pesertanya tak hanya harus bertahan dari teriknya matahari dan sakitnya paku yang tertancap di telapak tangan dan kaki mereka, namun juga mesti rela dicambuk dan punggungnya dilukai dengan pecahan kaca. Pihak gereja sebenarnya tidak menyetujui praktik ini, namun tradisi ini terus dilakukan warga untuk memohon pengampunan dosa atau sebagai bentuk terima kasih atas doa-doa yang telah terjawab.

 

Tip Menonton Lenten Rites

  • Acara ini tak cocok bagi yang fobia darah.
  • Datanglah sejak pagi untuk menghindari kemacetan dekat lokasi penyaliban, walau acara baru dimulai pukul 12:00.
  • Pastikan membawa topi atau payung dan mengoleskan losion tabir surya untuk melindungi kulit dari terik matahari.
  • Meski ada kios-kios makanan, disarankan membawa sendiri makanan dan minuman agar tak ketinggalan momen, selain harga yang ditawarkan kios-kios ini pasti lebih tinggi karena sedang ramai turis.
  • Bawa pakaian ganti bila terkena cipratan darah.
  • Jaga barang bawaan karena bakal berdesakdesakan dengan penonton.
  • Bagi blogger dan fotografer, ambillah kartu tanda pengenal khusus media di Kantor Pariwisata San Fernando (email dulu di citytourism@cityofsanfernando.gov.ph)

 

  1. Cagsawa Ruins

Cagsawa Ruins merupakan reruntuhan gereja barok yang didirikan biarawan ordo Fransiskan pada 1724 untuk menggantikan gereja yang sebelumnya dibakar oleh bajak laut asal Belanda. Sembilan puluh tahun kemudian, gereja ini hancur akibat erupsi Gunung Mayon yang juga ikut membunuh setidaknya 1.200 warga sekitar. Sebagian façade gereja masih berdiri pasca-erupsi dan baru runtuh ketika terjadi gempa pada 1950-an. Kini yang tersisa hanyalah menara lonceng yang telah tertutup lumut dan ditumbuhi rumput liar. Hebatnya, menara ini masih berdiri ketika dihantam Topan Durian pada 2006 yang menghancurkan pemukiman di sekitarnya. Situs ini merupakan salah satu landmark terpopuler di Provinsi Albay dengan banyak pengunjung yang berdatangan untuk berfoto dengan latar menara lonceng Cagsawa dan Gunung Mayon di kejauhan. Di sini juga tersedia fasilitas ATV (mulai 599 peso untuk 45 menit, mayonatvtour.com), selain museum yang memuat informasi seputar letusan Gunung Mayon dan berbagai artefak menarik (buka Senin-Jumat pukul 09:00-16:00, tiket 10 peso). Sejumlah toko di sini pun menjajakan aneka produk lokal, seperti tas tangan, tikar, kaos, dan kerajinan untuk oleh-oleh.

 

  1. Nagcarlan Underground Cemetery

Pemakaman ini berada di bawah sebuah gereja. Dirancang sebagai kuburan massal pada 1845 oleh biarawan Fransiskan, Vicente Velloc, hanya orang-orang dari keluarga Katolik elite di Filipina lah yang dikubur di sini, dengan makam tertuanya berasal dari 1886. Nagcarlan Underground Cemetery sendiri telah diakui sebagai situs bersejarah oleh National Historical Institute karena ruang bawah tanahnya pada 1896 digunakan sebagai tempat pertemuan rahasia para revolusionaris Filipina, atau Katipuneros dalam bahasa setempat. Selama Perang Filipina-Amerika, para pejuang Filipina sempat menggunakan ruang tersebut untuk mengatur strategi perang, sementara selama Perang Dunia II, tempat ini digunakan sebagai persembunyian para gerilyawan. Meski tak ada tokoh ternama dimakamkan di sini, namun warga setempat tetap ke sini untuk memberikan penghormatan kepada para pejuang. Saat ini, gereja di atasnya sudah tidak berfungsi sebagai tempat ibadah, kecuali pada hari-hari raya penting, seperti selama Pekan Suci.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here